AMC Surabaya Perlu Pendekatan Sopir Angkot

angkutan massal cepatSurabaya, Bhirawa
Rencana proyek angkutan massal cepat (AMC) yang kini terus dimatangkan Pemkot membuat resah para sopir angkutan kota (angkot). Sebab, meski selama ini sosialisasi langsung tapi  para sopir belum sepenuhnya memahaminya. Mereka menilai, keberadaan proyek yang berupa trem dan monorel itu mengakibatkan penumpang angkot menjadi sepi.
Ditambah lagi, seluruh angkot yang ada di Kota Surabaya diwajibkan berbadan hukum. Regulasi ini pun dirasa membingungkan bagi khalayak sopir angkot. Mereka menilai dan takut jika nanti angkot miliknya berbadan hukum akan sepenuhnya dikelola Pemkot. Dengan begitu angkot yang sudah habis masa berlakunya pun tidak bisa memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Hal itulah yang dirasakan mantan Wakil Ketua Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Kota Surabaya, Eddy Hasibuan. Ia khawatir kalau pembangunan AMC tidak memberikan solusi bagi nasib para sopir angkot.
“Seharusnya pemerintah dalam hal ini Pemkot juga memikirkan nasib para sopir yang saat ini mulai ditinggalkan calon penumpangnya,” katanya saat dikonfirmasi Bhirawa, Kamis (18/2) kemarin.
Eddy yang sekarang ini menjadi penasehat Komunitas Angkutan Kota Surabaya (KAKS) menjelaskan bahwa Pemkot harus mempertemukan kembali antara pemerintah dengan sopir angkot. Dengan begitu, para sopir angkot dan Pemkot Surabaya yakni Dinas Perhubungan saling memahami.
“Yang ditakutkan para sopir angkot itu hanya karena sepinya calon penumpang saja. Nah, kalau nantinya adanya AMC gimana jadinya. Sedangkan kita diwajibkan angkot harus berbadan hukum,” papar Eddy yang keluar dari Organda Surabaya per 4 Desember 2015 kemarin.
Ia juga mencontohkan, aturan pemerintah yang melegalkan ojek, misalnya. Aturan melegalkan angkutan roda dua di jalur-jalur padat membuat angkot makin ditinggalkan penumpang.  Apalagi sekarang ini makin menjamur ojek di Surabaya, penghasilan angkot makin berkurang. Penumpang banyak beralih ke roda dua.
“Yang menjadi masalah angkot terpuruk dari sisi penghasilan. Keterpurukan ini, imbas dari aturan-aturan pemerintah yang tidak berpihak pada sopir angkot,” jelasnya.
Salah seorang sopir angkot di terminal Joyoboyo saat ditemui Bhirawa, Supriyono mengaku tidak tahu harus bagaimana jika nanti proyek AMC terealisasi. Dikhawatirkan, para warga yang selama ini menggunakan jasa angkot sebagai moda transportasi utama, akan beralih ke AMC. Pihaknya tidak ingin, jika nanti AMC beroperasi, jumlah warga yang menggunakan jasa angkot akan berkurang.
“Pendapatan kami tiap tahun terus menurun. Selain gara-gara BBM (bahan bakar minyak) yang harganya terus bergerak naik dan turun, warga juga banyak yang beralih menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor,” katanya. (geh)

Tags: