AMH Jatim, Enam Tahun Terakhir Meningkat

Melek HurufPemprov Jatim, Bhirawa
Angka Melek Huruf (AMH) di Jatim pada usia 15 tahun ke atas selama enam tahun terakhir mengalami peningkatan.  Dari 87,43 persen di tahun 2008, AMH Jatim meningkat menjadi 90,49 persen di tahun 2013.
Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah mengatakan, peningkatan tersebut mengindikasikan kalau selama enam tahun, penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf berkurang sebesar 3,06 persen atau rata-rata setiap tahunnya berkurang sebesar 0,61 persen poin.
Untuk peningkatan capaian AMH dapat dilakukan dengan mempriorotaskan kabupaten dengan populasi penduduk buta huruf cukup tinggi, seperti Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep. “Masing-masing lebih dari 20 persen,” katanya, di Surabaya (24/7).
Di sisi lain, lanjut Sairi, di beberapa wilayah lainnya di Jatim upaya untuk bebas buta huruf dihadapkan pada masalah sulitnya terjadi penurunan karena presentase penduduk yang buta huruf yang sangat kecil (hardrock, red).
Hal itu terjadi diantaranya seperti Kota Batu, Pasuruan, Blitar, Malang, Mojokerto, Surabaya, Kediri, dan Madiun. Serta Kabupaten Gresik dan Sidoarjo dengan persentase penduduk buta huruf masing-masing kurang dari lima persen.
Peningkatan AMH ini cukup beralasan, karena sebanding dengan program pemberantasan buta aksara yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Menurut catatan Dindik Jatim, masalah buta aksara masih dialami oleh 488.354 warga Jatim. Jumlah ini menurun drastis dibanding empat tahun lalu yang mencapai 1.200.808.
Kabid Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Dindik Jatim Abdun Nasor mengatakan, setiap tahun pemerintah melalui APBD Jatim telah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk pengentasan buta aksara dasar dan lanjutan bagi warga usia 15 sampai 59 tahun.
Pada 2011 jumlah sasaran mencapai 166.056 Warga Belajar (WB), 2012 sebanyak 265.718 WB dan 2013 pada sebanyak 172.890 WB. “Total sasaran penyandang buta huruf selama 2011 sampai 2013 mencapai 604.664 WB atau sudah susut 50,35 persen dari tahun 2010,” kata Nasor.
Sisa garapan yang masih belum tergarap sebanyak 596.144 WB atau sekitar 49,65 persen. Jumlah tersebut akan terus dikikis dengan program serupa. Pada 2014 ini, Nasor mengaku telah merencanakan sasaran pengentasan buta aksara untuk 187.790 WB.
Secara rinci, sasaran terbagi dalam dua program yakni keaksaraan dasar 107.790 WB dan keaksaraan lanjutan atau Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) sebanyak 80 ribu WB.
“Jadi sisa garapan sampai tahun ini tinggal 488.354 atau 40,67 persen dari tahun 2010 lalu,” kata pria kelahiran Mojokerto ini. Beragam program pengentasan buta aksara tersebut ternyata membuahkan hasil. Bahkan oleh Kemendikbud selama dua tahun berturut-turut Jatim mendapatkan anugerah aksara. Tahun 2012 mendapat penghargaan Anugerah Aksara Madya, lalu 2013 berhasil meningkat menjadi Anugerah Aksara Utama. “Itu sudah penghargaan tertinggi dalam pemberantasan buta aksara,” ungkap Nasor.
Untuk melancarkan program pengentasan buta aksara, tahun ini Dindik Jatim telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp75,6 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk keaksaraan dasar sebesar Rp 38,8 miliar dan KUM sebesar Rp36,8 miliar.
Selain Dindik Jatim, pengentasan buta aksara juga digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Jatim tahun ini mendapat alokasi 20.300 WB untuk program KUM. “Memang lebih banyak bersumber dari APBD dibanding APBN. Ini lantaran keseriusan Gubernur Jatim dalam hal pengentasan buta aksara,” pungkasnya. [rac.tam]

Data Penyandang Buta Aksara Jatim
Penyandang Buta Aksara 2010  1.200.808 warga belajar
Sasaran 2011  166.056 warga belajar
Sasaran 2012  265.718 warga belajar
Sasaran 2013   172.890 warga belajar
Sasaran 2014  187.790 warga belajar
Sisa sasaran 2014  488.354 warga belajar (40,67%)

*) Sumber : Dinas Pendidikan Jatim

Tags: