Amnesti Pajak Diharapkan Dongkrak Produsen Alas Kaki

Salah satu perajin sandal

Salah satu perajin sandal

Surabaya, Bhirawa
Amnesti pajak diharapkan mendongkrak produsen alas kaki, sebab saat ini kinerja industri tersebut sedang tidak bagus dan terus tergerus perekonomian global, kata Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim Winyoto Gunawan.
Winyoto di Surabaya, Senin mengatakan kinerja industri alas kaki tahun 2016 bahkan lebih buruk dibanding tahun 2015, sehingga amnesti pajak sangat ditunggu oleh sejumlah pengusaha.
“Amnesti pajak yang telah diberlakukan menjadi momen yang kami tunggu, sebab hingga semester pertama tahun 2016, penjualan industri alas kaki di Jatim terjun hingga 45 persen dibanding periode yang sama tahun 2015,” kata Winyoto.
Ia mengatakan turunnya penjualan alas kaki juga diakibatkan dominasi produk serupa asal Vietnam yang penjualannya terus meningkat di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Oleh karena itu, Winyoto optimistis kebijakan amnesti pajak bisa mendorong kondisi ekonomi nasional lebih baik, sebab dana yang selama ini terparkir di luar negeri akan kembali ke Indonesia dan diharapkan menggairahkan konsumsi masyarakat.
“Saya harap penjualan industri alas kaki asal Jatim di dalam negeri bisa lebih baik lagi. Namun, saya belum bisa memastikan persentase kenaikannya setelah amnesti pajak, karena masih sedang berlangsung,l katanya.
Meski demikian, Winyoto optimistis di semester kedua 2016 kondisi ekonomi akan lebih baik setelah kebijakan amnesti pajak yang telah diberlakukan.
Winyoto menyebutkan ekspor di semester satu 2016 turun 15 persen dibanding tahun lalu, karena Eropa dan Amerika Serikat yang menjadi negara tujuan ekspor terbesar Aprisindo Jatim tergerus produk alas kaki asal Vietnam.
“Itu karena pemerintah AS dan Vietnam telah melakukan MoU yang membebaskan cukai masuk bagi produk alas kaki asal Vietnam di AS. Sedangkan untuk produk alas kaki asal Indonesia, masih dikenakan bea masuk hingga 9 persen. Pastinya AS lebih memilih mendatangkan sepatu dari Vietnam yang bebas bea masuk,” katanya.
Sedangkan untuk pasar Eropa lebih memilih mengimpor produk serupa dari Eropa Timur, sebab negara di Eropa Timur memiliki nilai upah yang hanya berkisar 100 Euro sampai 120 Euro atau di kisaran Rp2 juta, sehingga harga produksi lebih murah ditambah ongkos kirim lebih murah dan lebih cepat dibanding mendatangkan alas kaki asal Indonesia. [geh,ant]

Tags: