Anak Korban Tsunami Palu Sudah Bisa Bersekolah

Pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, orangtua dan anak-anaknya di SD Sukabumi 4.

Probolinggo, Bhirawa
Ketiga anak korban tsunami Palu yang mengungsi di Kota Probolinggo akhirnya bisa bersekolah mulai hari Rabu (10/10) kemarin di SDN Sukabumi 4 Kota Probolinggo. Setelah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat bergerak cepat dengan mengantar orangtua dan anak-anaknya ke SD Sukabumi 4 di Jalan Soekarno Hatta, Selasa (9/10) kemarin.
Muhammad Fika Rahardika dan istrinya, Shinta Permatasari bersama tiga anaknya Roro Kesya (12) yang duduk di kelas 6; Muhammad Naufal Kadafi (9) kelas 3 dan Roro Sabilillah (5) masih TK datang ke kantor Disdikpora. Ia ditemui Sekretaris Disdikpora Kukuh Suryadi dan Kabid Pendidikan Dasar Budi Wahyu Rianto di ruangan Bidang Pendas.
“Ini adalah tamu istimewa kami,” sambut Kukuh kepada Muhammad Fika Rahardika dan keluarganya. Shinta, istri Fika, beberapa kali mengucapkan maaf dan rasa terima kasih karena sudah merepotkan dinas.
Bak gayung bersambut. Disdikpora pun bergerak cepat. Karena korban bencana, maka Roro Kesya dan adik-adiknya tidak perlu mengikuti sistem zonasi yang telah diterapkan di Kota Probolinggo.
“Kami masukkan jalur khusus. Kami disini sudah zonasi jadi siswa bisa bersekolah yang dekat dengan rumahnya. Tetapi, karena ini korban bencana maka boleh diluar zona. Yang mau dikehendaki sekolah mana?,” tanya Budi kepada Fika dan istrinya.
Awalnya mereka berencana ke SD Sukabumi 2, tetapi diurungkan oleh mereka sendiri. Di SD Negeri 3 Palu, Roro Kesya dan Naufal sudah mengikuti kurikulum 13 (K13). Budi pun menjelaskan beberapa sekolah di Kota Probolinggo sudah menerapkan K13 selain SD Sukabumi 2. Shinta pun menjatuhkan pilihan ke SD Sukabumi 4 yang cenderung lebih terjangkau dan sudah K13.
“Sekolahnya nanti bersifat sementara Pak, kira-kira satu sampai dua bulan kalau sudah tenang dan kondisi di Palu sudah membaik, anak-anak sudah tidak trauma kami bisa kembali ke Palu,” ujar Shinta.
Sekretaris Kukuh dan Kabid Budi Wahyu mendampingi Fika dan istrinya ke SD Sukabumi 4 bertemu dengan Riana, pihak kepala sekolah. Budi berpesan kepada Fika untuk melaporkan ke SD di Palu bahwa anak-anaknya sementara bersekolah di Kota Probolinggo disertai membawa surat keterangan dari Disdikpora.
“Koordinasi dengan sekolah di Palu, supaya didaftarkan ujiannya di sana. Karena anaknya sudah kelas 6 SD, kalau tidak didaftarkan nanti tidak bisa ikut ujian,” imbuh Budi. Kepada Riana, Budi menyampaikan agar pihak sekolah memperlakukan anak-anak korban gempa ini sama seperti siswa lainnya. Dicatat saja absensi dan kegiatan belajar mengajarnya.
Shinta juga diminta mempersiapkan seragam sekolah anak-anaknya, merah putih dan pramuka. Mengenai buku pelajaran bisa meminjam sekolah, jika tidak ada bisa memfotokopinya. Sedangkan anak paling bungsu, akan bersekolah di TK Tunas Bangsa Perum Kopian.
“Alhamdulillah, Sabtu sempat buntu (mencari sekolah anak) karena tidak tahu jalurnya harus kemana. Insyaallah mudah-mudahan dilancarkan ke depannya, karena saya disini 1-2 bulan sambil menunggu perkembangan di Palu,” tutur Shinta, Rabu (10/10) kemarin.
Anak-anak Shinta pun saat ditanya enggan kembali ke Palu karena merasa trauma kejadian gempa disana. Sedangkan Fika, akan kembali sendirian ke Palu besok (10/10) karena diperintah oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk kembali bertugas.
“Nanti jika sudah akan kembali ke Palu dan bersekolah lagi disana, kami akan berkoordinasi lagi,” tambah Budi Wahyu Rianto. [wap]

Tags: