Anak Penarik Becak Sukses Meraih Gelar Doktor di ITS

Lailatul Qomariyah Bersama sang ayah Saningrat dan ibunda Rusmiati serta adik-adiknya foto bersama usai di wisuda.

Tak Pernah Berkecil Hati, Selesaikan Program Doktoral dengan IPK 4.00
Kab Pamekasan, Bhirawa
Mimpi dan cita-cita. Dua hal yang bisa diwujudkan jika mempunyai tekad yang kuat. Dan itulah yang mendorong gadis berusia 27 tahun asal Pamekasan, Lailatul Qomariyah dalam mewujudkan mimpi dan cita-citanya dengan menuntut ilmu setinggi mungkin. Di tengah kondisi ekonomi keluarga yang terbatas, Lailatul Qomariah harus berjuang mencari uang agar bisa melanjutkan kuliah dan menghidupinya di Surabaya, hingga berhasil meraih gelar doktor dari Departemen Teknik Kimia Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan di wisuda pada Minggu (15/9).
Lailatul Qomariyah meraih gelar doktor di ITS Surabaya setelah sidang terbuka disertasi dengan judul “Controllable Characteristic Sillica Particle and ITS Composite Production Using Spray Process”. Namun, siapa sangka laila berasal dari keluarga kurang mampu yang pekerjaan ayahnya merupakan penarik becak dan buruh tani.
“Saya berprinsip seperti yang diajarkan di kita Alquran. Di mana Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum itu. Apalagi orang tua dan guru saya pun selalu memberikan pesan jika pendidikan dna pekerjaan yang dijalani harus jauh lebih tinggi dibanding kedua orangtua saya,” urainya.
Oleh karena itu, pekerjaan ayahnya tidak membuat ia berkecil hati. Justru ia tetap semangat untuk menaikan derajat orang tuanya sampai meraih gelar doctor. Dengan biaya tidak meminta kepada orang tuanya Laila mencari biaya sendiri dengan mengikuti beasiswa dan menjadi pengajar les privat untuk anak-anak sekolah.
Perjalanan pendidikan Laila diawali ketika menerima beasiswa bidikmisi untuk jurusan teknik kimia di ITS, perilaku buruk seperti cemooh dari orang sekitarnya menurutnya “Jika kita mendengarkan omongan orang-orang kita tidak dapat maju dan walaupun anaknya tukang becak harus bisa lebih baik”, ucap Lailatul Qomariyah, didampingi orantuanya.
Setelah lulus Laila ingin melanjutkan jenjang S2. Akan tetapi menurutnya tidak ada beasiswa tetapi hanya ada Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU) yang merupakan beasiswa program percepatan pendidikan yang diberikan kepada lulusan sarjana yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang Doktor dengan masa pendidikan selama empat tahun. Ditengah menempuh masa studi S3 Laila berangkat ke Hiroshiman University di Jepang untuk melakukan riset dan mengumpulkan data yang mendukung selama 6 bulan yang berkaitan dengan disertasinya yaitu sillica yang selalu ada di kotak sepatu yang dikembangkan sebagai film anti reflectif untuk solar cell (panel surya).
Menurut anak pertama dari tiga bersaudara ini, penggunaan tenaga surya cocok untuk negara tropis seperti Indonesia. Karena matahari bersinar sepanjang tahun dan bermanfaat sebagai pembangkit listrik.
Buah kerja keras yang dilakoni Laila tidak dapat dipandang sebelah mata. Tercatat, melalui topik disertasinya, ia berhasil menyelesaikan program doktoral dengan IPK 4.0. Sebuah prestasi tersendiri bagi mahasiswi yang rutin meneliti ini. Di samping itu, agar seluruh aktivitasnya yang padat dapat terlakoni semua, ia harus tahan tidur hanya empat jam dalam sehari. Alhasil, ia merampungkan masa studi S2 dan S3 nya selama empat tahun. Dan berahap bisa mengabdi sebagai seorang dosen di ITS karena pasiionnya sebagai pengajar.
Kendati begitu, diakui Laila, ia banyak menerima tawaran kembali ke jepang dan tawaran sebagai manager di salah satu pabrik baterai. Akan tetapi, Laila keberatan untuk meninggalkan orang tua terutama ibunya. Mengingat orangtuanya yang telah banyak berdoa dan ayahnya telah berkerja keras.
“Yang bisa saya tekankan kepada para pelajar agar jangan patah semangat. Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, karena ada beasiswa dari pemerintah atau lembaga manfaatkan dan berusaha lebih baik lagi. Dukungan dan akhlak juga diutamakan selain berilmu lalu doa dan dukungan orang tua,” pungkas dia memotivasi para pelajar. [Syamsuddin]

Tags: