Ancaman El Nino Ancam Inflasi di Jember

Jember, Bhirawa
Potensi terjadinya El Nino (musim kemarau panjang) di Bulan Mei 2014, diprediksi Jember akan mengalami inflasi pada kisaran 0,05%. Hal ini disebabkan oleh menurunya produksi  komoditas pangan terutama padi, akibat meningkatnya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan pasokan air akibat musim kemarau.
Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Moneter Bank Indonesia (BI) Jember Dwi Suslamanta, usai rapat koordinasi Tim Pengandi Inflasi Daera (TPID), Senin (5/5).  OPT tikus misalnya, sangat menjadi perhatian serius bagi petani, meskipun ada beberapa petani yang sudah melakukan antisipasi dengan memelihara burung hantu dan ular sawah.”Burung hantu dan ular ini dipercaya dapat mengurangi serangan hama tikus,” ujarnya.
Selain OPT tikus, yang mempengaruhi produktifitas hasil pertanian juga disebabkan oleh kurangnya pasokan air, karena kemarau yang panjang. Dan hal ini dapat menyebabkan produksi pertanian wilayah eks Karisidenan Besuki (Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo) serta Lumajang akan terserap kedaerah lain.
Ada faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi pada bulan Mei ini, diantaranya masih tersedianya stoik tanaman pangan khusus padi, setelah panen raya bulan Maret-April 2014 lalu. “Sehingga stok kebutuhan pangan kita masih aman dan stabil,” terangnya.
Melihat kondisi ini, TPID  memberikan  beberapa hal penting yang menjadi masukan Pemerintah Daerah diwilayah eks Besuki dan Lumajang untuk mengantisipasi beberapa issu yang akan muncul di musim kemarau panjang ini. Yakni isu potensi terjadinya El Nino dan dampak terhadap produksi pangan.
” Kami memberikan rekomendasi kepada Pemkab untuk melakukan  perbaikan irigasi, ketersediaan pupuk, pengaturan pola tanam dan menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan,” tandasnya singkat.
Dijelaskan pula, di Bulan April, Jember mengalami yang stabil sebesar 0,01%. Tekanan harga terbesar dialami kelompok kesehatan yang tercatat sebesar 2.06% akibat beroperasionalnya beberapa pusat kecantikan baru serta meningkatnya konsumsi masyarakat. Dari sisi komudiotas, lima komuditas mengalami tekanan yang cukup tinggi,  seperti daging ayam ras, tarif rumah sakit, telurn genting dan sepatu.
Sementara dari kelompok bahan makanan seperti cabe rawit, beras daging sapi, udang basah terjadi deflasi yang cukup tinggi.” Tekanan harga yang menurun pada kelompok bahan makanan terjadi akibat ketersediaan pasokan yang cukup karena penen raya bulan lalu,” terangnya pula. [efi]

Tags: