Ancaman Kerusakan Budaya-LBGT Kian Nyata

Anggota DPR RI, H Sungkono ditengah sosialisasi maraknya LBGT yang kini mulai meresahkan pra orang tua. [hadi suyitno/bhirawa]

Anggota DPR RI, H Sungkono ditengah sosialisasi maraknya LBGT yang kini mulai meresahkan pra orang tua. [hadi suyitno/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Maraknya kasus Kekerasan Dalam Rumah tangga (KDRT), Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT), merebaknya Narkoba, pengaruh hegemoni Cina terhadap ekonomi global, serta meningkatnya kriminalitas menjadi ancaman nasional bila tidak ada upaya preventif dariĀ  negara dan seluruh msyarakat untuk mencegah dan mengatasi persoalan itu.
Menurut Anggota DPR RI, H Sungkono di depan massa yang mengikuti sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, di Tanggulangin, Senin (29/2) kemarin mengingatkan, krisis budaya itu sudah mulai terasa, terlihat dengan anak berani terhadap orang tua, merebaknya perceraian, tawuran anak-anak sampai orang tua, belum lagi Narkoba, pengangguran, PHK dan segala macam. ”Krisis budaya ini bila tak cepat diatasi akan menjadi ancaman serius bagi negara kita,” tandasnya.
Sungkono menyebut, media massa ikut membangun watak budaya masyarakat yang mudah marah, emosi. Berita tawuran pelajar diblowup bahkan ada semacam persaingan antar media untuk memberitakan konflik sosial. Di Amerika yang negara bebas disebutkan, pers Amerika masih menjaga dengan membatasi gambar fulgar seperti korban kejahatan, pembunuhan. Hal-hal yang bisa mengganggu mental masyarakatnya dibatasi sekecil mungkin.
Sangat kontras dengan Indonesia yang menjaga budaya timur yang menjaga adat istiadat justru masyarakat melalui televisi begitu mudahya melihat konflik sosial, seperti kejar-kenjeran di jalan sambil membawa senjata tajam. Bagi anak-anak yang menonton gambar ini akan menganggap konflik itu sebagai hal biasa. Padahal ini sangat bahaya. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harusnya diberi kewenangan untuk memberi tindakan tegas terhadap penyiaran yang merusak moral bangsa.
Sungkono yang anggota DPR RI asal Dapil Sidoarjo ini juga menyebut banjirnya produk Cina di pasaran tak bisa dihindari. Kalau dulu ada blok timur dan barat antara blok Negara Eropa Timur dan Eropa Barat. Tetapi mulai meruak blok dunia baru antara Amerika dan Cina. Justru Cina menjadi kekuatan besar yang tak bisa dianggap enteng, produk Cina sudah membanjiri dunia, bahkan masuk ke pasar Amerika. Dengan pasar bebas ini Cina lebih diuntungkan, karena produknya dikenal murah dan kompetitif.
Meski demikian Indonsia harus bisa lepas dari bayang-bayang hegemoni Amerika dan Cina. Dengan mengangkat dan melindungi produk lokal serta menguatkan industri perikanan, perkebunan dan peternakan.
Sungkono menambahkan, dulu sebelum masa kemerdekaan hingga awal merdeka, warga negara Indonesia seakan memiliki persatuan dan kesatuan yang kuat. Namun kini dengan kondisi masyarakat yang semakin timpang dan semakin jauhnya perbedaan keadilan ekonomi di Indonesia, membuat kebersamaan itu semakin jauh.
”Dengan kondisi seperti ini, sebagai anggota wakil rakyat, kita memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembenahan secara bertahap. Anggota MPR / DPR, memiliki peran besar dalam membangun Bangsa Indonesia ini,” jelas Sungkono.
”Dengan kuatnya wawasan kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI,maka persatuan Indonesia akan semakin kuat,” terang Sungkono. [hds]

Tags: