Andalkan Produk UMKM dan Bidik Pasar Indonesia karena Populasi Besar

Trade Officer Senior Profesional Level di Departement of Trade Negotiation, Tipasuk Jaratjassada saat memberikan penjelasan kepada Kabiro Humas Pemprov Jatim Supratomo.

Trade Officer Senior Profesional Level di Departement of Trade Negotiation, Tipasuk Jaratjassada saat memberikan penjelasan kepada Kabiro Humas Pemprov Jatim Supratomo.

Thailand, Bhirawa
Perdagangan bebas Asia Tenggara atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diterapkan pada  Desember 2015 atau paling lambat Januari 2016, menjadi peluang bagi Thailand untuk memasarkan produk-produknya ke negara ASEAN. Dan bidikan utamanya adalah Indonesia karena memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Berikut laporan wartawan Bhirawa yang akan diturunkan dalam dua edisi.
Saat ini pemerintah negeri Gajah Putih itu tengah serius untuk menangani Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), bahkan untuk menghadapi MEA pihak Thailand sudah mendirikan Departement of Trade Negotiation yang memiliki tugas untuk melakukan pelatihan ke pelaku UMKM serta membantu memasarkan produk ke negara-negara ASEAN.
“Saat ini tercatat ada 30 juta pelaku UMKM dengan produksi sebesar 10 juta, dan semua masalah tentang MEA dibahas di departemen ini. Kami sudah siap bersaing di MEA,” kata Tipasuk Jaratjassada, Trade Officer Senior Profesional Level di Departement of Trade Negotiation saat mendapat kunjungan dari Pemprov Jatim bersama wartawan, Jumat (27/3).
Strategi lain yang diterapkan pemerintah Thailand adalah satu daerah satu produk unggulan. Sehingga ini bisa memudahkan bagi pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pemasaran produk.
Jika satu daerah satu produk unggulan dipastikan ada ribuan produk siap dipasarkan ke luar negeri, karena Kerajaan Thailand dibagi menjadi 76 provinsi changwat (provinsi) yang kemudian dibagi kepada 5 kelompok provinsi – kadang Timur dan Tengah digabung menjadi satu. Nama setiap provinsi sama dengan ibukotanya, yang kadang diawali dengan kata Mueang (atau Muang) untuk mencegah kebingungan dengan provinsinya. Kecuali Songkhla, ibukotanya juga sekaligus merupakan kota terbesar di provinsinya.
Bangkok adalah provinsi dengan populasi terbesar. Provinsi terbesar menurut wilayah adalah Nakhon Ratchasima, yang terkecil adalah Samut Songkhram. Mae Hong Son mempunyai kepadatan penduduk terkecil, sementara Ranong mempunyai populasi terkecil (semua angka menurut sensus 2000).
Setiap provinsi diperintah oleh seorang gubernur yang dilantik Menteri Dalam Negeri. Pengecualian berlaku terhadap Bangkok di mana sang gubernur dipilih melalui pemilu.
Provinsi-provinsi tersebut dibagi lagi menjadi 796 distrik (amphoe) dan 80 distrik kecil (king amphoe), 50 distrik Bangkok dipanggil khet. Jumlah distrik di provinsi berbeda satu sama lainnya, dari tiga di provinsi kecil hingga 50 di Bangkok. Sistem pembagian lebih ke bawah lagi  adalah tambon (komunitas atau sub distrik) dan mubaan (desa).
Jumlah penduduk Thailand saat ini mencapai 67 juta jiwa dan sebagian besar adalah pengusaha atau pelaku UMKM. “Separo warga Thailand saat ini serius di bidang UMKM dan terus berproduksi,” kata Tipasuk Jaratjassada.
Walau serius di UMKM, Pemerintah Thailand tetap mengembangkan produk pertanian yang selama ini menjadi ikon negara kerajaan  itu. Selain buah dan sayuran, saat ini juga mengembangkan beras dan cokelat. “Vietnam juga memiliki beras yang bagus, tapi beras kami sudah merajai di kawasan Nigeria,” kata perempuan berkulit putih itu.
Saat ini produk tersebut sangat melimpah dan siap untuk diekspor ke luar negeri. “Jumlah penduduk kami 67 juta dan sisa produksi akan kami ekspor ke luar negeri, terutama ke Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sangat besar,” katanya.
Saat disinggung mengenai rival, Tipasuk menyebut negara Vietnam dan Kamboja karena tenaga kerja di dua negara itu murah. Sedangkan upah tenaga kerja di Thailand cukup tinggi, namun pihak pemerintah berupaya agar harga produksi tetap berkualitas dan murah.
Jika dilihat, pengusaha dan pekerja di Thailand sudah sangat siap untuk menghadapi MEA, karena rata-rata pekerja di Thailand sudah bisa berbahasa Melayu maupun Indonesia.
Seperti pria yang akrab di sapa Tom yang kini bekerja di Gems Galerry International Manufacturer, dengan lancar ia bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia saat menjual produknya. “Saya baru belajar Bahasa Indonesia 6 bulan lalu, kebetulan bahasa Indonesia dan Malaysia agak sama,” katanya.
Sementara itu, Kabiro Humas Pemprov Jatim Supratomo yang ikut dalam kunjungan ke Bangkok mengakui Thailand sudah sangat begitu siap menyambut MEA, namun Pemprov Jatim saat ini juga terus berupaya untuk mendorong kemajuan UMKM. “Gubernur Jatim (Dr H Soekarwo) terus berupaya untuk mengembangkan UMKM di Jatim agar siap bersaing di MEA,” katanya. [wwn]

Tags: