Anggap Orang Gila sebagai Keluarga

Sri Supatmi

Sri Supatmi

Tak banyak orang keturunan Tionghoa yang menjadi PNS, apalagi memimpin salah satu dinas milik Pemkot Surabaya. Tapi  itu tak berlaku bagi Sri Supatmi. Perempuan kelahiran Blitar  1959 ini justru memilih berkarir di PNS dan karir wanita keturunan Tionghua itu terus melesat hingga dia dipercaya  menjabat Kepala UPTD Liponsos Keputih sejak 2007. Sebelum di Liponsos, Sri menjabat di Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya sebagai Kepala Seksi yang menangani urusan pegawai .
Diakuinya  mengabdi di lingkungan pemerintah tak banyak dilirik oleh orang-orang keturunan Tionghoa,  termasuk keluarga besarnya. Namun dia tetap yakin dengan pilihannya untuk berkarir sebagai abdi negara.  “Semua keluarga saya rata-rata berprofesi pedagang, memang saya sedikit melenceng dari kultur keluarga. Tetapi sejak awal bekerja di birokrasi saya sudah siap mengabdi sebagai PNS, kalau sudah punya pikiran seperti itu kerja ya enak,” kata Sri Supatmi kemarin.
Karena seringnya bergaul dengan orang Jawa di tempat kerja, Sri pun terbiasa berbicara dalam bahasa krama inggil atau Jawa halus. Dan dia menikmatinya . Karena itu dia bersyukur memilih PNS sebagai lahan pengabdiannya. Bukan bidang bisnis atau perdagangan yang selama ini dicitrakan sebagai profesi utama orang Tionghoa. ” Urusan kepegawaian itu urusan nyata, dan itu saya suka. Apalagi sekarang  dikasih mandat ngurusi Liponsos,” imbuhnya seraya mengatakan jejaknya di bidang birokrasi telah diikuti oleh anak pertamanya Deni Rusvendra yang sekarang menjadi Protokol Pemkot Surabaya.
Sri benar-benar total mengabdikan diri untuk mendampingi para penghuni Penampungan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Tak hanya duduk di meja, dia juga terjun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi para gelandangan, pengemis, lansia, anjal, psikotik, maupun PSK binaannya. Bagi Sri pekerjaan apa pun harus ditekuni dengan serius, ikhlas, dan penuh pengabdian.  “Karena itu, ketika dipercaya memimpin UPTD Liponsos sejak 2007, saya benar-benar total mengabdikan diri untuk mendampingi para penghuni dengan segala problematikanya,” kata ibu dua  anak ini.
Sri juga kerap mengajak para remaja yang kecakup karena pacaran kebablasan bicara dari hati ke hati. Setiap harinya, bersama petugas Liponsos dia berkeliling dari bangunan yang satu ke bangunan lain untuk melayani pengobatan. Para PMKS, khususnya psikotis (penderita gangguan jiwa), memang sangat membutuhkan pengobatan dan pendampingan. Maklum, mereka-mereka ini sudah tidak diurus, bahkan tidak diakui keluarganya sendiri. ” Merekalah yang membuat saya tersentuh, dan mereka juga sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri,” katanya. [geh]

Rate this article!
Tags: