Anggaran Vaksinasi Lemah Membuat Virus AI Bermutasi Genetik

 Kepala Disnak Jatim Ir Maskur MM menyerahkan piagam doktor pada Dr drh Iswahyudi MP usai meraih gelar doktor program studi S3 Sains Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Senin (30/5).


Kepala Disnak Jatim Ir Maskur MM menyerahkan piagam doktor pada Dr drh Iswahyudi MP usai meraih gelar doktor program studi S3 Sains Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Senin (30/5).

Riset Flu Burung, drh Iswahyudi MP Akhirnya Raih Gelar Doktor
Kota Surabaya, Bhirawa
Meneliti kasus flu burung akhirnya Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hewan, Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur drh Iswahyudi MP meraih gelar doktor program studi S3 Sains Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Selama pengujian desertasi dihadiri jajaran Dinas Peternakan Jatim, termasuk Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Maskur MM. Desertasi itu dipertahankan di depan para guru besar seperti Prof Dr Pudji Srianto drh Mkes, Prof Dr Chairul Anwar Nidom drh MS, Prof Dr Suhartati dr MS, Prof dr rahayu Ernawati drh MSc. Prof Dr Sriagus Sudjarwo drh PhD, dan Dr Hani Plumeriasuti drh Mkes.
Dalam mempertahankan desertasi berjudul Karakterisasi Asam Amino Virus Flu Burung di Pulau Jawa Periode 2012-2015 sebagai Landasan Pemantapan Kebijakan Pengendalian Penyakit Flu Burung di Indonesia, Dr drh Iswahyudi MP memaparkan kalau virus flu burung yang menyerang unggas pada 2012-2015 di Pulau Jawa itu diketahui telah mengalami mutasi secara genetik.
Virus influenza sangat mudah bermutasi karena materi genetik pembentuknya berupa RNA dengan enzim polimerase yang mempunyai kemampuan proof-reading yang rendah dalam proses replikasinya.
“Jadi antara virus flu burung di satu wilayah dengan wilayah lain sudah berbeda dan hal ini menjadi perhatian yang serius,” jelasnya seusai sidang disertasi di gedung Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Senin (30/5).
Dia menyebutkan, mutasi virus flu burung ada dua jenis. Pertama, mutasi substitusi yang memungkinkan virus itu menjadi lebih galak alias ganas. Kedua mutasi dilesi. Mutasi jenis kedua ini yang menjadi teka-teki. Karena mutasi dilesi tidak diketahui arah kemana nantinya. Apakah lebih jinak alias lebih tidak mematikan atau justru lebih galak lagi.
“Mutasi virus yang terjadi di Indonesia itu salah satunya disebabkan oleh adanya implementasi kebijakan yang tidak tepat,” jelasnya.
Ia mencontohkan implementasi kebijakan yang tidak tepat tersebut seperti vaksinasi. Vaksinasi yang seharusnya dilakukan berulang sebanyak lima kali, implementasinya berbeda. Jumlah unggas yang begitu besar di Indonesia termasuk Jawa Timur menyebabkan pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk pengadaan jumlah vaksin yang tersedia.
“Jumlah vaksin yang tersedia saat ini Jatim yang tertinggi di Indonesia, itu pun hanya sampai 5 persen, yang lainnya justru di bawah itu,” ungkapnya.
Jumlah vaksin 5 persen tersebut mencakup peternakan sektor III skala kecil dan sektor IV. Peternakan sektor IV mencakup unggas yang dipelihara rumah tangga yang jumlahnya mulai dari beberapa ekor hingga 100 ekor. Unggas tersebut bahkan ada yang tidak dikandangkan. Akibatnya potensi tertular virus dari hewan ke manusia lebih besar.
Oleh sebab itu, dalam disertasi tersebut dia merekomendasikan masyarakat yang memelihara unggas pekarangan tanpa dikandangkan agar beralih budidaya. Namun, jika tetap ingin memelihara unggas harus dikandangkan.
Dalam kesempatan ini, salah satu penguji desertasi Prof Dr Chairul Anwar Nidom drh MS mengatakan desertasi dari Dr drh Iswahyudi MP diharapkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah. “Masalah ini harus menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya masalah bagi Indonesia namun juga masyarakat dunia,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Maskur MM mengucapkan selamat pada Iswahyudi yang telah mendapatkan gelar doktor dan diharapkan bisa mampu memberikan sumbangsih untuk bidang peternakan ke depannya.
Pihaknya terus mendorong dan memprovokasi tenaga muda di Dinas Peternakan Jatim untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Apalagi desertasi itu berkaitan dengan roadmap pembebasan kasus flu burung di Jatim pada 2020.
“Diraihnya doktor oleh Iswahyudi ini akan menambah kekuatan Disnak Jatim pada khususnya, kalau orang andal menempuh ilmu kesehatan hewan itu harus dipakai pemikirannya. SDM peternakan diisi dengan orang-orang dengan ilmu dasar yang sangat penting dan kuat. Dalam mengelola provinsi seperti Jatim dan mempunyai brand gudang ternak,  tentunya semuanya harus diurus orang kompeten di bidang peternakan,” katanya.
Ke depan, lanjutnya, perguruan tinggi seperti Unair dan lainnya sesuai arahan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo MHum harus bisa  menghasilkan kajian dan penelitian yang bisa diimplementasikan serta mendorong usaha peternakan dalam upaya mengurangi impor. [Rachmad Caesar]

Tags: