Angka Kematian HIV/AIDS Jatim 8 Persen

Erwin Astha Triyono

Erwin Astha Triyono

Surabaya, Bhirawa
Banyak orang menganggap bahaya penderita HIV/AIDS banyak yang meninggal akibat penyakinya. Akan tetapi ternyata angka kematian penderita penyakit ini cukup kecil, hanya sekitar delapan persen.
Angka kematian HIV/AIDS ini, diungkapkan oleh dr  Erwin Astha Triyono, SpPD, KPTI, FINASIM dari Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr Soetomo,  jauh lebih kecil dibandingkan dengan penyakit kanker dan jenis penyakit degeneratif lainnya.
Menurutnya walaupun anggapan masyarakat penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, tetapi harapan hidupnya masih lebih baik dibandingkan dengan kanker atau penyakit degeneratif.
“Contohnya saja stroke angka kematiannya mencapai 20 persen, belum lagi kanker atau diabetes. Sedangkan HIV/AIDS hanya delapan persen, berarti angka harapan hidupnya masih lebih baik,” terangnya.
Angka kematian yang rendah dan harapan hidup yang lebih besar tersebut tentu dalam kondisi tertentu. Yaitu dimana jika orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mampu mengontrol penyakitnya dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan disiplin minum obat. Apalagi jika secara dini terdeteksi atau masih dalam fase HIV, tentu harapan hidupnya lebih besar.
Sedangkan dalam fase AIDS biasanya sudah diikuti oleh beragam komplikasi penyakit yang memang komplikasi penyakit tersebut menimbulkan kematian.
“Jadi delapan persen dari ODHA yang meninggal tersebut kebanyakan sudah masuk fase AIDS. Jarang yang masih difase HIV meninggal, mereka justru dapat hidup normal dengan disiplin dan mampu mengontrol penyakitnya,” paparnya.
Selama ini persepsi yang salah justru berkembang dimasyarakat, yaitu mengenai penyakit HIV/AIDS yang dianggap menakutkan dan mematikan sehingga penderitanya dikucilkan dan cenderung menutup diri. Seharusnya masyarakat justru memberikan dukungan dan semangat bagi ODHA untuk disiplin minum obat dan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, sehingga harapan hidupnya jauh lebih besar.
“Memang sulit mengubah anggapan masyarakat, perlu sosialisasi dan edukasi lebih giat lagi. Mereka tidak perlu menjauhi dan mengucilkan ODHA, karena penularannya cenderung lebih sulit dibandingkan dengan tuberkolosis,” imbuhnya. [dna]

Tags: