Angka Kematian Ibu – Bayi Bondowoso Naik

Angka Kematian Ibu - Bayi Bondowoso NaikBondowoso, Bhirawa
Kematian ibu dan bayi bukan saja disebabkan oleh alasan medis saja. Namun, faktor sosial budaya bisa menjadi salah satu penyebabnya.  Dari Januari hingga awal Agustus  ada 11 kasus kematian ibu di Bondowoso. Sedangkan, angka kematian bayi selama satu semester mencapai 80 kasus.
Kadinkes dr Imron melalui Kabid Kesga Dinas Kesehatan dr Titik Erna Erawati mengatakan nikah muda menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi di Bondowoso. Meski secara medis sudah dilakukan upaya menekan angka kematian, tetapi faktor sosial budaya itu yang menjadikan tingginya angka kematian ibu dan bayi. “Sebab, pasangan suami istri menikah saat usia belia sekali. Jadi organ reproduksi belum siap untuk punya anak,” katanya.
Sebetulnya pihak Dinkes secara medis terus berupaya menekan angka kematian ibu dan bayi. Namun jika usaha secara medis ini tidak diikuti oleh faktor sosial budaya dengan menghindari menikah dini yang percuma saja. Oleh sebab itu, tak heran kerap terjadi kasus bayi lahir dengan bobot rendah atau BBLR. “Karena memang secara medis mereka belum siap untuk punya anak,” terangnya.
Menurutnya, jalan satu-satunya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi dengan menghindar kawin usia dini.  Diharapkan dapat menikahlah saat usia sudah cukup dewasa. Misalkan untuk perempuan berusia minimal 20 tahun.  “Jangan menikah dalam usia belasan karena memang belum siap,” tegasnya.
Selain itu, yang lebioh penting lagi adalah upaya guru dalam memberi bimbingan kepada siswa-siswinya sangat diperlukan sekali. Karena peran guru disekolah, khusunya sekolah di desa-desa, sangat penting.
“Guru diharapkan dapat memberikan himbauan kepada siswa-siswanya agar mereka menyelasaikan sekolahnya hingga lulus SMA daripada harus menikah pada usia dini,” imbuhnya. [har]

Tags: