Angka Kematian Ibu di Kabupaten Mojokerto Melebihi Jatim

Kab Mojokerto, Bhirawa
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kab Mojokerto cenderung meningkat tiga tahun terakhir. Capaian angkanya juga kian jauh dari target Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang menargetkan AKI 102 kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada 2015. Bahkan di level Jatim, AKI Kab Mojokerto juga  terlampau tinggi. Pada 2011 dan 2012, AKI di Jatim sudah menyentuh angka 104/100.000 dan 97/100.000.
”Yang belum mencapai MDG’s itu bukan hanya kita, tapi juga se-Indonesia. Kalau demikian kita mesti bagaimana?,” kilah Kepala Dinas Kesehatan Kab Mojokerto, dr Endang Sri Woelan, Kamis (27/3), kemarin.
Dr Endang beralasan, target mencapai  MDG’s  terlalu berat untuk dicapai. Makanya lebih realistis jika membandingkannya dengan angka di Jatim, meski angkanya lebih tinggi kita tetapi tidak terlampau jauh. AKI di Kab Mojokerto sempat rendah 2011. Yakni hanya 95,96/100.000. Namun dua tahun terakhir, angkanya naik drastis. Pada 2012, AKI di Kab Mojokerto mencapai 116,89/100.000.
Bukannya turun, AKI pada 2013 di Kab Mojokerto malah membumbung tinggi. Dari 16.424 kelahiran ada 22 ibu yang meninggal. Sehingga AKI-nya menjadi 133/100.000.
”Faktor utama penyebab kematian ibu ini adalah karena kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Padahal pemeriksaan dini selama kehamilan itulah yang sangat menentukan nasib bayi dan ibunya. Dengan pemeriksaan dini saat kehamilan, segala risiko yang mungkin terjadi bisa diketahui. Sehingga risiko terjadinya kematian bisa dihindari,” paparnya.
Sehingga Endang, meminta agar para ibu hamil tak segan untuk memeriksakan kandungannya ke Puskesmas maupun Puskesmas pembantu. Pelayanan dasar di Puskesmas dan Puskesmas pembantu sudah gratis. Jadi mau periksa tiap minggu juga tidak masalah. Minimal, selama kehamilan seorang ibu dianjurkan periksa empat kali. Yakni sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Ibu hamil dan keluarga juga mesti taat dengan rekomendasi tenaga kesehatan yang memeriksa. Sebab seringkali, petugas sudah mewanti-wanti agar melakukan persalinan di Puskesmas atau RS namun keluarga enggan melakukannya. Padahal dia hamil risiko tinggi. Sehingga akhirnya terlambat dibawa ke RS dan tak tertolong. Total 22 kematian ibu sepanjang 2013 itu seluruhnya meningga RS. ”Untuk mengurangi risiko kematian ibu, kita berharap masyarakat memperhatikan empat terlalu dan empat terlambat,” ungkapnya.
Yakni, jangan hamil terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu dekat jarak kehamilannya. Serta jangan sampai terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat mengambil keputusan untuk periksa atau rujukan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat penanganan.n kar
Tabel Angka Kematian Ibu di Kabupaten Mojokerto
Tahun      Jumlah Kehamilan     Jumlah Kematian
2011                16.674                         16
2012                16.255                         19
2013                16.424                         22

Tags: