Angka Kematian Ibu Tinggi, USAID Lakukan Penelitian

Tim Jalin USAID Universitas Indonesia saat diterima oleh Bupati Jember dr Faida, Senin (8/10) malam.

Jember, Bhirawa
Tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Jember, membuat tim Jalin USAID Universitas Indonesia turun gunung. Tim ini akan melakukan penelitian penyebab tingginya angka kematian dan banyi di Kota Tembakau ini.
Purwida Lilik dari Jalin USAID Jawa Timur mengatakan, selama ini Jalin USAID sangat memperhatikan pelayanan publik dasar, terutama kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
“Tim ini akan mengumpulkan bukti-bukti untuk melakukan penetapan masalah utama penyebab kematian ibu dan bayi di Jember,” ujarnya.
Menurutnya, dengan metode pendekatan data dan bukti dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun prioritas tindakan dan solusi.
“Ini dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, efektivitas sistem rujukan, pemanfaatan JKN , serta tata kelola sistem ibu dan bayi baru lahir. Melalui pemetaan bukti, salah satunya dengan melakukan survei EMNC (Every Mother An Newborn Count),” jelasnya.
Sementara, Bupati Jember dr. Faida mengaku perlu sinergi dalam penanganan kasus kematian ibu dan anak saat melahirkan.
“Sinergi ini bukan sekadar program. Bukan pula sekadar pemenuhan target indikator nasional. Tetapi ini soal keselamatan jiwa orang penting bagi keluarganya,” ujar Bupati Faida kemarin.
Oleh karena itu, Bupati Faida memberikan akses kepada tim peneliti dari Jalin USAID Univeraitas Jember untuk meneliti kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir.
“Kami berharap agar masyarakat memberikan informasi kepada tim ini. Karena dengan keterbukaan informasi akan membuat kualitas tim peneliti di Jember akan maksimal. Dan, umpan balik untuk Kabupaten Jember juga akan maksimal,” terangnya.
Faida juga mengaku bahwa Pemkab Jember telah memiliki Perbup tentang persalinan aman, inisiasi menyusui dini, dan pemberian air susu ibu eksklusif. Ini merupakan upaya regulasi untuk kesejahteraan ibu dan anak di Kabupaten Jember. Namun aturan ini masih belum cukup untuk menekan kasus angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di Jember.
“Perlu kerjasama untuk mengevaluasi dan meneliti sebab-sebab angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir di Jember masih tinggi.
Tahun ini kematian bayi baru lahir sebanyak 93. Angka ini turun drastis dari tahun sebelumnya. Meski begitu, angka ini masih termasuk tinggi,” kata Faida.
Dengan adanya penitian ini, diharapkan ada masukan buat Kab. Jember untuk mengevaluasi kebijakan yang harus dibuat oleh pemerintah daerah dalam menekan angka kematian ibu dan anak.
“Hasil penelitian itu untuk memberikan evaluasi kebijakan yang ada. Karena sejatinya tidak ada keputusan yang berkualitas kecuali didasari dengan analisa yang berkualitas pula,” pungkasnya. [efi]

Tags: