Angka Perceraian di Kota Batu Naik 400 Persen

Calon pasangan pengantin yang dihadirkan untuk mengikuti pembinaan keluarga sakinah (supriyanto/bhirawa)

Calon pasangan pengantin yang dihadirkan untuk mengikuti pembinaan keluarga sakinah (supriyanto/bhirawa)

Kota Batu, Bhirawa
Kasus perceraian di kota Batu mengalami kenaikan hingga 400 persen dalam setahun terakhir. Jika tahun 2013 terjadi 60 kasus perceraian, maka pada tahun 2014 ada 241 kasus perceraian. Sedangkan di kalangan PNS Pemkot Batu, kasus perceraian ternyata juga cukup tinggi, yaitu rata-rata 10 kasus per tahun.
Berdasarkan data Inspektorat Kota Batu, kasus perceraian dalam 5 tahun terakhir berjumlah 61 kasus, yaitu tahun 2010 sebanyak 10 kasus, 2011 ada 16 kasus, 2012 ada 20 kasus dan tahun 2013/2014 sebanyak 15 kasus. “Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Sebagai PNS diharapkan bisa memberi contoh yang baik bagi masyarakat,” ungkap Wawali Batu Punjul Santoso saat membuka kegiatan pembinaan keluarga sakinah di Balai Desa Punten, Kamis kemarin (9/4).
Oleh karena itu, Punjul berharap kegiatan semacam ini agar terus dilakukan, tidak hanya kepada calon pengantin, namun juga kepada pasangan yang sudah menikah. “Manten anyar dan manten lawas harus juga sering mendapat pembinaan keluarga sakinah. Karena terkadang pasangan yang kondisi ekonominya sedang menanjak seringkali ada godaan dari pihak ketiga,” tutur Punjul.
Lebih lanjut dikatakan, perkembangan teknologi yang digunakan secara salah juga bisa menjadi penyulut timbulnya perselingkuhan dan ujung-ujungnya cenderung mengarah kepada perceraian. Oleh karena itu Wawali berharap pembinaan keluarga sakinah ini bisa dilaksanakan secara kontinyu untuk seluruh kalangan masyarakat, termasuk PNS.
Dalam kegiatan tersebut, selain menghadirkan sejumlah tokoh agama dan guru ngaji, juga dihadirkan puluhan pasangan calon pengantin yang akan menikah. Kegiatan pembinaan keluarga sakinah tersebut selain menghadirkan Kepala KUA se Kota Batu, juga menghadirkan psikolog Sayekti Pribadiningtyas.
Menurut Kabag Kesra Teguh Wijayanto, pembinaan keluarga sakinah bertujuan untuk mencegah laju angka perceraian yang terus meningkat dan prilaku pergaulan bebas di kalangan generasi muda, khususnya pelajar. Selain itu juga mencegah kehamilan di luar nikah dan free sex, serta dampak negatif dari perceraian terhadap perkembangan anak.
Kepala KUA kecamatan Batu Arif Syaifudin mengatakan kasus perceraian di Kota Batu memang cukup mengkhawatirkan. Hal ini karena dipicu oleh pergaulan bebas, kehamilan di luar nikah dan kemajuan teknologi yang disalahgunakan. “Sewaktu saya jadi kepala KUA kecamatan Junrejo ada kejadian seorang laki-laki menghamili 3 perempuan sekaligus. Ini karena efek pergaulan bebas di kalangan anak muda dan penyalahgunaan teknologi,” tegas Syafiudin.
Oleh karena itu salah satu kunci untuk mencegah perilaku pergaulan bebas dan free sex adalah pendidikan. Kalau orang tua tidak memberi pendidikan yang memadai, baik pendidikan formal maupun keagamaan, maka anak tersebut akan mendapat pendidikan dari lingkungannya. “Kalau lingkungannya bagus tidak masalah, kalau jelek maka anak akan cenderung meniru dan mengikutinya,” tuturnya.
Ditambahkan ada 3 aspek yang perlu dibina dalam pendidikan anak yaitu aspek kognitif (pola pikir), jiwa (perilaku) dan fisik. “Pola pikir yang sekarang bahwa sebelum menikah harus pacaran dulu seharusnya diubah. Karena pacaran sebelum menikah belum tentu menjamin kebahagian anak setelah menikah. Pacaran itu hanya 20 persennya terlihat asli, sebagian besar manipulatif semata dan cenderung mengarah ke prilaku melanggar norma agama dan susila,” tandasnya. [sup]

Tags: