Angka Stunting Tinggi, Jatim Harus Tiru Finlandia

Diet Juga Sebabkan Stunting
DPRD Jatim, Bhirawa
Tingginya angka Stunting atau gagal tumbuh kembang (gatumbang) di Jatim membuat Anggota DPRD Jatim mengaku prihatin. Pasalnya, Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) Jatim tertinggi setelah pendidikan, yakni Kesehatan 10 persen.
“Harusnya sejak awal Pemprov atau Dinkes Jatim membuat skala prioritas untuk mengentas masalah stunting. Apalagi APBD untuk kesehatan 10 persen, ini sangat tinggi,” kata Anggota Komisi E DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto kepada Bhirawa, Kamis (25/7) kemarin.
Agus Dono yang juga Dapil Malang Raya ini meminta Pemprov Jatim untuk turun langsung terkait kasus stunting di Kabupaten Malang yang mencapai angka 14 ribu balita. Mengingat di negara-negara maju telah menerapkan program kesehatan yang sangat bagus.
“Provinsi harus membantu, kendalanya apa saja. Kalau sudah ditemukan itu harus mengambil langkah cepat. Di Finlandia itu ada program yang sangat membantu warganya. Disana, proses sebelum hingga pasca melahirkan mendapat pendampingan dari pemerintah setempat,” tuturnya.
Ditambahkan oleh pria yang juga dosen sebuah PTS di Surabaya ini, data dari Dinkes Jatim berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) per 20 Juli 2019 prevalensi stunting balita di Jatim masih tinggi yakni sebesar 36,81 persen.
Sedangkan, tiga daerah tertinggi prevalensinya yakni di Kota Malang sebanyak 51,7 persen, Kabupaten Probolinggo sebesar 50,2 persen, dan Kabupaten Pasuruan sebesar 47,6 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Dinkes Jatim, jumlah kematian ibu di Jatim, tahun 2017 mencapai 529 orang per seratus ribu kelahiran hidup, dan tahun 2018 mencapai 522 orang. Sedangkan, untuk tahun 2019 hingga 19 Juli 2019 mencapai 263 orang. Jumlah kematian ibu tertinggi di Jatim per Januari hingga Juni 2019 antara lain berasal dari Kab. Jember, Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang.

Diet Penyebab Stunting
Ternyata bukan cuma anak-anak yang sering mengalami masalah kekurangan gizi atau gizi buruk. Tanpa disadari, banyak juga orang dewasa, terutama perempuan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi.
Salah satu penyebab masalah kekurangan gizi pada perempuan dewasa ini adalah pola atau gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya, karena sering menyantap junk food, atau pemilihan menu makanan yang salah ketika berdiet.
“Diet itu ya tetap dilakukan, tapi harus normal dan sehat karena gaya hidup sekarang seperti itu. Sebaiknya berhati-hatilah bila ingin melakukan diet, karena diet yang salah bisa menyebabkan kurang gizi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim, drg Vitria Dewi, M.Si saat dikonfirmasi Bhirawa.
Menurut Vitri, edukasi tentang masalah gizi menjadi penting. Disamping itu, terkait sanitasi harus baik agar terhindar dari diare dan bayi bisa terlahir dengan sehat. “Lintas sektor OPD harus ikut berperan,” imbuhnya.
“Anak-anak remaja putri sekarang ini banyak yang ingin langsing, ini sangat berpengaruh. Mangkanya kita mengedukasi kepada para remaja putri sekarang ini,” bebernya. [geh]

Tags: