Angkat Bendera Kuning, Puluhan Emak-emak Geruduk KPU Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Puluhan orang mengatasnamakan Barisan Perempuan Jatim Simpatik (BPJS) menggelar aksi di depan kantor KPU Kota Surabaya di Jalan Adityawarman, Kamis (9/5) kemarin.
Berbagai tuntutan mereka suarakan, mulai dari penghentian Situng KPU, membentuk Panitia Khusus (Pansus) dan Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mengungkap banyak petugas Pemilu yang meninggal.
Dengan menggunakan mobil komando dan bendera kuning, massa menggelar berbagai poster dan spanduk yang mengecam KPU. Adapun isi berbagai spanduk dan berbagai poster itu antara lain:
“BPJS Barisan Perempuan Jatim Simpatik-Nasib Bangsa Indonesia dipertaruhkan”, “544 Korban petugas KPU wafat”, “Usut tuntas Kejahatan Pemilu, Hentikan situng bobrok KPU”, “Sudah saatnya Keluarkan Kartu Merah”, “Kartu Merah untuk KPU”, “Kalian Baik Kami Baik, Kalian Jujur Kami Bersyukur, Kalian Curang Kami Perang”, “Jangan Sia-siakan nyawa para penyelenggara Pemilu”.
Selain menggelar berbagai poster, massa yang didominasi perempuan itu juga menggelar orasi bergantian. Mereka menilai gelaran pemilu tidak adil dan penuh kecurangan oleh KPU. “Saya atas nama rakyat Indonesia menyatakan bahwa keadilan Pemilu saat ini sungguh tidak adil. Maka dari itu kami akan mengatakan bahwa KPU mestinya tidak boleh berpihak,” kata seorang orator aksi Ida Sofi.
“Jangan sampai (KPU) menjadi jembatan untuk salah satu paslon di sini. Kami menyatakan bahwa ada kecurangan-kecurangan kemudian yang telah kita temukan di mana-mana. Pembakaran kotak suara di mana-mana, seperti di Kabupaten Padang dan lain-lain, C1 hilang, perubahan C, penggelembungan suara di mana-mana se-indonesia dan pembongkaran kotak suara,” teriak Ida dalam orasinya.
Sementara koordinator aksi BPJS Susi Susanti Mengaku prihatin lantaran ada 500 lebih korban meninggal dalam pelaksanaan Pemilu. “Kami sangat prihatin karena ada 500 lebih korban meninggal dalam pelaksanaan Pemilu ini,” katanya.
Susi merasa perlu dilakukan autopsi kepada para petugas yang meninggal untuk mengungkap penyebab sebenarnya.
“Kenapa banyak sekali korban yang meninggal, kalau meraba-raba kan katanya hanya karena kelelahan, tapi ada dokter yang mengatakan kalau kelelahan tidak mungkin sampai meninggal,” lanjut Susi.
Selain itu, BPJS yang mayoritas terdiri dari mak-mak ini juga menuntut agar Situng KPU dihentikan karena terjadi kecurangan yang masif. Susi mencontohkan ketika di tingkat kecamatan belum dilakukan penghitungan suara, tiba-tiba di Situng sudah keluar hasilnya.
“Itu sering terjadi, termasuk di Kota Surabaya. Kita bukan pendukung salah satu Paslon, kita hanya ingin Pemilu jujur dan adil,” ucapnya.
Aksi tersebut akan terus dilakukan BPJS di depan KPU dan Bawaslu selama belum ada penetapan pemenang hasil Pemilu 2019. (geh)

Tags: