Angkat Fenomena Kelas dalam Syair Pituture Guru

Penampilan siswa SMPN 3 Surabaya dalam seleksi FLS2N tingkat Jatim dalam cabang seni musik tradisi, Kamis (5/7). 2- Kepala UPT Bina Prestasi Dindik Jatim Indah Andayani memberikan trophy kepada para pemenang lomba gitar solo. [adit hananta utama]

Pentas Musik Tradisi dalam FLS2N Jawa Timur
Surabaya, Bhirawa
Menjadi sangat lumrah jika di dalam kelas sekolah ada anak-anak bandel yang susah tertib dalam mengikuti pelajaran. Jadwal pelajaran dan tugas sering tak diindahkan. Di saat yang bersamaan, ada guru yang penuh kesabaran setia menghadapi mereka.
Fenomena yang kerap terjadi di kelas sekolah itu diangkat dalam kesenian musik tradisi anak-anak dari SMPN 3 Surabaya. Mereka tampil di panggung Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat provinsi di pendopo Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Jalan Jagirsidoresmo 5 Surabaya, Kamis (5/7).
Dalam satu grup musik tradisi, ada lima personel yang saling berkolaborasi memainkan gamelan tradisional. Mereka adalah Mochammad Arif, Jenkha Narif Jatmiko, Rahmad Bagus Saifudin, Renda Reista Nuril dan Rosita Adelia Pratiwi. Kelompok musik tradisi yang menjadi kontingen Kota Surabaya tersebut membawakan lagu berjudul Pituture Guru.
“Musik ini menceritakan sebuah perjuangan guru ketika mendidik dan berbagi ilmunya dengan penuh semangat dan pantang menyerah,” tutur Saifudin.
Siswa kelas 9 tersebut mengakui, cerita musiknya sengaja diawali dengan penggambaran suasana kelas ketika guru belum masuk. Suasana yang ramai dan berhenti tiba-tiba saat guru datang. “Jadi yang ditemui guru di kelas itu ada anak yang bandel tapi masih sabar menghadapinya,” tutur Saifudin. Melalui lagu tersebut, Saifudin dan timnya ingin menyampaikan pesan tentang sikap yang seharusnya ditunjukkan siswa kepada guru. Menghormati dan senantiasa santun.
Dalam penampilannya selama 9 menit tersebut, Saifudin mengaku tidak mudah menyatukan kreatifitas bermusik tradisi. Terlebih kelompok mereka tidak berasal dari satu kelas yang sama. Karena itu, keterampilan menguasai alat, vokal, ekspresi panggung harus benar-benar selaras. “Kuncinya itu masing-masing anak memahami keseluruhan materi yang akan ditampilkan,” tandasnya.
Renda Reista Nuril menambahkan, untuk mempersiapkan penampilan singkat tersebut, tak kurang dari satu bulan timnya bersiap diri. Melatih kemampuan dan kekompakan tiga kali dalam sepekan. Bahkan saat libut sekolah, mereka pun harus tetap datang dan melakukan latihan. “Kebetulan kita sedang libur akhir tahun ajaran. Jadi bisa berlatih mulai pagi sampai sore,” terang Nuril.
Meski sudah berlama-lama dalam latihan, Nuril mengaku masih ada rasa gerogi yang melekat saat naik panggung. Karena dalam menyanyikan lirik, terkadang power antara satu vokalis dengan vokalis lain tidak selaras. “Ada yang powernya rendah, ada yang kuat,” tutur dia.
Nuril mengakui, saat berlatih juga sering ditegur pelatih karena masalah vokal. Karena vokal juga harus seirama dengan nada dari gamelan. “Kalau penguasaan alat musik gamelannya relative mudah,” tandasnya.
Yatimin, guru ekstrakurikuler musik tradisi SMPN 3 Surabaya mengatakan, perwakilan dari Surabaya yang mengikuti FLS2N tingkat Provinsi Jatim merupakan juara pertama dalam seleksi FLS2N tingkat kota. “Semoga kami bisa juara dan mewakili Jatim ke tingkat nasional,” kata dia disela-sela lomba.
Untuk lomba musik tradisi, lanjut dia, tema lomba adalah Cinta Tanah Air. Timnya mengambil judul Pituture Guru dalam lomba musik tradisi. Yatimin mengaku tertarik mengangkat cerita itu agar nilai-nilai menghormati guru sampai kepada masyarakat luas.

Dikoordinir Provinsi, Partisipasi Daerah Masih Antusias
Pelaksanaan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat provinsi tidak seluruhnya ditanggung oleh anggaran APBD Jatim. Khususnya untuk jenjang SD dan SMP, UPT Bina Prestasi Dindik Jatim hanya menjadi fasilitator untuk mengordinir seleksi dari 38 kabupaten/kota.
Otomatis, delegasi dari tiap-tiap daerah harus mengeluarkan biaya mandiri dalam melaksanakan seleksi FLS2N tingkat provinsi ini. Kendati demikian, antusiasme dari berbagai daerah masih cukup tinggi. Di cabang seni musik tradisi misalnya, 31 kabupaten/kota masih mengirimkan delegasinya untuk berkompetisi. Sementara di cabang seni gitar solo, seluruh daerah dari 38 kabupaten/kota hadir.
Kepala UPT Bina Prestasi Dindik Jatim Indah Andayani menuturkan, antusiasme daerah mengikuti seleksi masih tinggi. Kendati dari segi pembiayaan, lomba keseniaan masih tergulung cukup tinggi biaya operasionalnya. Sebab, kontingen harus menyiapkan berbagai peralatan pendukung yang cukup banyak. Mulai dari kostum, alat musik, sampai dengan akomodasi peserta dan pendampingnya.
“Kita melakukan kordinasi dengan daerah dan itu disambut baik. Dari seleksi ini, akan kita ambil satu pemenang saja untuk mewakili ke tingkat nasional di Bangka Belitung Agustus mendatang,” tutur Indah.
Tahun ini, lanjut Indah, provinsi dalam melaksanakan FLS2N hanya dapat menanggung untuk jenjang SMA dan SMK. Para pemenang yang akan bertanding di tingkat nasional ini akan mendapat pelatihan khusus sebelum diberangkatkan. “Untuk delegasi jenjang SD dan SMP, pembinaan tetap dilakukan di daerah masing-masing,” ungkap dia.
Indah optimis, FLS2N tahun ini akan meraih hasil maksimal di tingkat nasional. Dia menilai, kesenian yang tampak pada tahun ini mengalami perkembangan pesat dari masing-masing kontingen. Misalnya untuk cabang seni kria. Kendati masih tampak karya siswa tersebut imitasi, namun improvisasi yang mereka lakukan cukup baik. “Untuk cabang musik tradisi, vokal dan gitar solo juga sangat baik. Karena persaingan dari masing-masing daerah juga sangat berkualitas,” pungkas Indah.
Seleksi jenjang SMP tersebut, terdapat sedikitnya lima cabang seni yang dilombakan. Di antaranya ialah musik tradisi, gitar solo, vokal dan seni tradisional. [tam]

Tags: