Angkat Kursi Plastik Kelas PKL jadi High Class

Franklin Goenardi (kanan) dan Monique Habriela Ruslie (kiri) menunjukkan sisi unik Kursi plastik inovatif yang dibuatnya.

Surabaya, Bhirawa
Siapa sangka wajah kursi plastik yang identik dengan ‘kaki lima’ bisa mendapat tempat di kalangan pasar ‘elit’. Di tangan dua mahasiswa Universitas Ciputra (UC) Surabaya wajah kursi plastik kelas ‘Pedagang kaki lima’ diubah menjadi kursi interior berkelas.
Memadukan unsur klasik namun tetap unik, Franklin Goenardi dan Monique Habriela Ruslie mendesain sebuah kursi yang juga mempertimbangkan unsur manfaat dan kemudahan bagi konsumen.
Seperti kursi Kulawa (Kursi Plastil Mudah di Bawa) yang dibuat Franklin Goenardi yang menggunakan sistem knock down, dengan kaki kursi yang dibentuk menyilang.
“Pembuatan kursi ini saya ngasih value mudah dibawa. Dari segi packaging ini bisa dimodifikasi dan banyak di cari-cari orang,” ujar mahasiswa semester 5 ini.
Karena, lanjut dia, selain nilai estetika harus ada pada desain kursi, dalam packaging juga harus memenuhi unsur estetika. Dijelaskan pria yang akrab di sapa Frank ini, sebelum pembuatan desain kursi ia harus lebih dahulu menganalisa kebutuhan pada kursi untuk di desain kembali.
“Masalah yang saya lihat seperti kaki kursi yang kurang kuat. Jadi saya buat bentukan cros pada kaki kursi untuk memperkuat posisi dudukan dengan menggunakan bahan dari besi,” jelas dia. Selain pertimbangan desain pada kursi, sisi packaging juga mendapat perhatian mendetail dari Frank. Yaitu dari sisi finishing. Sebab, pengemasan kursi masih belum rapi dan masih terlihat beberapa bentukan yang masih kasar, seperti pada material bahan. “Banyak yang harus diperbaiki dan rancangan kursi akan dikembanhkan lagi. Dengan mempertimbangkan beberapa unsur secara mendetail agar bisa digunakan,” papar Frank.
Berbeda dengan Frank yang menggunakan konsep kursi lipat, Monique Habriela Ruslie justru mengutamaan konsep multifungsi sebuah kursi. Dengan memberikan desain mendetail penyangga pada sisi kiri kursi. Sehingga tidak hanya dibuat untuk bersantai namun juga bisa digunakan dalam pengerjaan tugas. Kursi karya perempuan yang akrab di sapa Monique ini dinamakan El Caballo Chair (Kuda).
Diungkapkan Monique, kursi kuda yang ia buat tidak terlepas dari filosofi seekor kuda yang mempunyai banyak fungsi.
“Bisa buat andong, bisa untuk kerja selain itu juga bisa untuk baca-baca. Mangkanya saya tidak mau potong kursi tapi hanya menambah kursi saja,” katanya.
Kendati kesan unik dan multifungsi yang hampri sempurna, Monique akan memperbaiki reflek duduk dan finishing pada kursi.
“Karena ada ‘cacatnya’ jadi harus disempurnakan lagi,” pungkas dia.

Ajak Mahasiswa Kritis, Pecahkan Masalah dari Desain Interior
Desain kursi interior Kaki Lima yang berwajah high class tidak lepas dari peran Tri Novianto Puji Utomo. Keinginannya untuk membawa kursi kaki lima di ranah publik seperti ruang tunggu dan cafe, akhirnya terealisasi dengan projek yang ia berikan kepada 43 mahasiswa semester lima. Dosen Interior Arsitektur mata kuliah Produk Interior ini mengajak mahasiswanya untuk memecahkan problem solving yang ditemui di lingkungan sosial masyarakat.
Dosen yang akrab di sapa Tomi ini, ingin mengajak mahasiswanya lebih peka dan kritis terhadap lingkungan sosial melalui desain interior. “Kadangkala kita kurang memperhatikan apa yang terjadi di lingkungan kita yang seharusnya memiliki potensi. Kayak kursi plastik kaki lima ini kalau udah rusak ya sudah,” katanya.
Menurut dia, kursi plastik kaki lima mempunyai tantangan tersendiri karena merupakan ‘kursi rakyat’. “Sehari-hari kita lihat. Tapi sehari-hari juga kita gak perhatikan,” imbuh dia.
Dari hasil pengamatan yang dia lakukan, kursi plastik tidak bisa menahan beban tubuh yang cukup besar. Hal itupun juga di temui oleh mahasiswa. Banyak mahasiswa yang menemukan masalah pada kaki kursi plastik. Oleh karena itu, mahasiswa diminta untuk meneliti kursi plastik secara mendetail.
“Setelah tahap penelitian mahasiswa harus memulai merancang pembuatan kursi yang mengutamakan standart kenyamanan, ukuran dimensi dan keamanan,” jelasnya.
Tomi menilai, prototype kursi plastik yang dibuat mahasiswa masih lemah pada sentuhan akhir. Seperti pemilihan material antara plastik dan bahan-bahan lainnya.
“Karya kursi ini perlu dikembangkan. Kita juga akan adakan pameran untuk uji pasar,” imbuhnya.
Ia pun berharap kedepan dengan adanya prototype produk kursi plastik, para mahasiswa bisa membuka usaha untuk meneruskan karyanya di bidang interior. [ina]

Tags: