Angkutan Massal Mutlak Diperlukan Atasi Kemacetan Kota Malang

foto ilustrasi

Kota Malang, Bhirawa
Transportasi massal diusulkan sebagai salah satu alternative mengurai kemacetan di Kota Malang. Kemacetan di Kota Malang makin hari semakin parah. Dalam survei terakhir, kota pendidikan ini bahkan menempati posisi ke tiga sebagai kota termacet di Indonesia.
Pakar Transportasi Universitas Brawijaya (UB) Malang, Agus Dwi Wicaksono mengutarakan, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menggantikan angkutan umum dengan moda transportasi massal yang lebih solutif. Namun dengan catatan tetap melibatkan para sopir serta pengelola angkutan umum agar tak timbul resistensi.
“Kita memang sudah seharusnya beralih dengan transportasi masa kini yang lebih modern,” katanya dalam Seminar Solusi Strategi Transportasi Mengatasi Kemacetan di Kota Malang yang berlangsung di balroom Hotel Atria Malang, 4/4) kemarin.
Untuk merealisasikan transportasi modern itu, kata dia, akan menimbulkan gejolak baru. Mulai dari resistensi dari angkutan umum hingga pertanyaan mendasar terkait kemungkinan kemacetan Malang yang akan lebih parah.
Tetapi ia menegaskan, pro dan kontra dari sebuah perubahan memang bukan hal baru di Indonesia. Paling penting saat ini adalah merubah kebiasaan masyarakat Kota Malang yang sering memanfaatkan transportasi pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum.
Ketika pemerintah tidak bergerak cepat dan tetap mempertahankan sistem yang ada, Agus menilai jika Kota Malang akan jauh tertinggal dan kemacetan akan semakin parah dari sekarang. Sehingga diperlukan rencana jangka panjang, mengingat Tol Malang-Pandaan juga akan dibuka dalam waktu dekat.
Tidak hanya itu, pihaknya juga menyampaikan jika perlu keterpaduan dari berbagai pihak untuk memperlancar proses penguraian kemacetan di Kota Malang. Selain dengan merubah dan memperbaiki sistem transportasi umum, juga perlu dilakukan pembangunan yang sesuai dengan tata ruang yang ada.
Sementara itu, Pjs. Walikota Malang, Wahid Wahyudi menyampaikan, penyebab kemacetan di kota ini sangat beragam. Merujuk pada penjelasan pakar, salah satu penyebabnya adalah proses pembangunan jalan yang belum sinkron dengan penataan ruang.
“Dan di Malang ini kan paling banyak kemacetan terjadi di titik persimpangan, dan memang perlu untuk diperbaiki,” kata Wahid Wahyudi.
Dengan kondisi itu, pihaknya lantas meminta agar Dinas Perhubungan dan Dinas PUPR Kota Malang terus berkolaborasi untuk mengatasinya. Karena tata ruang kota menjadi kunci penting untuk proses pengelolaan lalu lintas.
“Perbaikan simpang ini harus menjadi prioritas kerja kita dalam mengatasi kemacetan,” urai Wahid.
Evaluasi terhadap beberapa titik persimpangan menurutnya akan segera dilakukan untuk mencari jalan keluarnya. Selain itu juga direncanakan untuk melakukan perubahan rute seperti pemberlakuan satu arah dan rekayasa lalu lintas lainnya.
Sementara untuk pengembangan dalam jangka panjang, Wahid menyebut jika penggantian kendaraan dari mikrolet menjadi minibus ataupun mono rel sangat mungkin dilakukan. Namun harus tetap melibatkan pengusaha angkutan umum agar tidak timbul gejolak.
“Kalau dalam jangka pendek mungkin nanti akan dioperasikan bus dari kampus ke kampus atau dari kantor ke kantor,” beber pria yang juga Kepala Dishub Provinsi Jatim itu. [mut]

Tags: