Antisipasi Banjir, Daya Tampung Sungai Masih Mencukupi

Masahid

Pemprov Jatim, Bhirawa
Daya tamping sungai di Jawa Timur dipastikan masih mampu menampung debit air selama musim penghujan yang memasuki bulan ke dua tahun 2020. Perum Jasa Tirta (PJT) I menegaskan kesiapannya untuk mengantisipasi kenaikan debit air selama musim penghujan terutrama di dua sungai besar, Brantas dan Bengawan Solo.
Meski genangan dan banjir sudah mulai dialami daerah yang berada di DAS Brantas dan Bengawan Solo, namun PJT I menyebut hingga kini daya tampung sungai masih mencukupi menerima luberan debit banjir atau genangan tinggi.
“Genangan di wilayah kabupaten atau kota ini tidak bisa dielakkan. Namun daya tampung sungai untuk menerima debit banjir masih mencukupi. Yang ada adalah persoalan memompa dari genangan kota ke sungai. Kita siap dan sejauh ini tidak ada banjir yang disebabkan luberan sungai,” kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan.
Saat ini, kata dia, untuk debit Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo dapat dikontrol secara realtime dan online oleh PJT I. “Data curah hujan ini bisa kita share data langsung. Saat curah hujan tinggi bisa dikabarkan ke BBWS Brantas dan Bengawan Solo, serta dan Pemkab/Pemkot untuk bisa diantisipasi,” jelasnya, kemarin.
Ia memisalkan, saat terjadi hujan besar di Surabaya, maka air dari Kali Brantas Mojokerto menuju Kali Surabaya melewati Pintu Air Mlirip dikecilkan. Sistem menejeman pengelolaan SDA itu telah diintegrasikan PJT I dalam command center yang berada di kantor pusat PJT I di Kota Malang.
Di sisi lain, PJT I juga mengantisipasi potensi debit sungai tinggi di beberapa anak sungai Kali Brantas. Di antaranya Sungai Sadar di Mojokerto dan Sungai Watudakon di Jombang. Untuk wilayah Surabaya, Raymond mengakui sistem drainasenya sudah cukup bagus, sehingga saat curah hujan tinggi genangan bisa cepat surut dalam beberapa jam.
Ditanya mengenai banjir akibat luapan di Kali Lamong yang berada di wilayah Gresik, ia tidak bisa memberikan data. “Kami tidak kelola Kali Lamong, itu kewenangan BBWS Bengawan Solo. Persoalan Kali Lamong ini karena tidak ada bendungannya. Jadi kalau hujan airnya ngalir aja,” pungkasnya.
Guna mereduksi potensi banjir di Sungai Bengawan Solo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) juga membangun bendung gerak baru. “Kami menambahkan pembangunan infrastruktur baru. Masih terus kita kerjakan di Bengawan Solo. Ada Bendung Gerak Karangnongko dan Gondang di Bojonegoro,” jelasnya.
Kebut Normalisasi Kali
Guna mengantisipasi banjir, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (DPU-SDA) Pemkab Bojonegoro tahun ini fokus normalisai kali dan menggeber mengerjakan pembuatan kali.
Kepala Bidang Normalisasi Kali, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (DPU – SDA) Bojonegoro, Masahid mengatakan, normalisasi kali dilakukan bersamaan dengan percepatan pengerjaan Kali Gandong sebagai untuk mengatasi banjir di sekitar.
“ Dua titik tersebut pembuatan Kali Gandong, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang dan Normalisasi Kali Kerjo Desa Sumbergede, Kecamatan Kepohbaru,” katanya, kemarin (11/2).
Lanjut Masahid mengatakan, pembuatan dua titik kali itu dikarenakan setiap hujan turun, sering sekali pemukiman warga ataupun lahan pertanian yang berada di desa tersebut terkena dampak banjir. Dengan normalisasi dan pembuatan kali tersebut agar tidak terjadi pendangkalan dan tidak terjadi banjir.
“ Tahun ini kita fokus di dua titik tersebut, untuk kali kerjo sesegera mungkin akan terlaksana, sedangkan untuk pembuatan kali gandong saat ini sudah mencapai 80 persen,” jelasnya.
Selain itu, pemkab juga merencanakan pada tahun 2020 ini juga ada normalisasi sepajang 42 kilo meter (km) di 28 Desa tersebar di 17 Kecamatan kali yang ada di Bojonegoro. Setiap Desa akan di normalisasi sekitar 1 km sampai 2 km untuk normalisasi kali.
“ Kita berharap dengan adanya normalisasi dan pembuatan kali ini dapat mengurangi banjir yang terjadi setiap tahun,” pungkasnya.rac. [bas]

Tags: