Antisipasi Hama Tikus Petani Gunakan Burung Hantu

Pemasangan Rubuha di lokasi kelompok tani Karya Tirta.

Pemasangan Rubuha di lokasi kelompok tani Karya Tirta.

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Serangan hama tikus yang sering mengganggu produksi pertanian warga di Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, saat ini sudah berkurang. Pasalnya, para petani yang tergabung dalam kelompok Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Karya Tirta mulai menggunakan burung hantu untuk membasmi Hama Tersebut.
Ketua HIPPA Karya Tirta, Sukarman, Kamis (4/8) mengungkapkan, ia dan anggotanya sudah dua tahun menggunakan burung hantu untuk membasmi hama tikus. Dan taktik tersebut cukup ampuh dan sukses. Sehingga petani mampu mendapatkan hasil pertaniannya secara maksimal.
“Kalau sebelum menggunakan burung hantu, cara petani menghalau hama tikus menggunakan alat pentungan. Dan dibutuhkan banyak tenaga. Bahkan tidak jarang taktik tersebut merusak produksi pertanian,” ungkapnya.
Sukarman menambahkan, serangan hama tikus bisa menghancurkan produksi pertanian hingga 40 persen. Sehingga tidak jarang petani hanya bisa gigit jari jika lahannya diserang. Sehingga kebijakan menggunakan burung hantu sangat efektif dan efesien bagi petani.
“Saat ini, perhektar, petani mampu mendapatkan 8 hingga 8,5 ton per hektar. Selain menggunakan taktik burung hantu untuk antisipasi hama tikus, petani juga menggunakan sejumlah kombinasi taktik menanam seperti menggunakan jajar legowo atau jarwo, kemudian menggunakan tradisional, serta memakai SRI,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, A. Hasyim Asy’Ari saat disinggung terobosan petani menggunakan burung hantu mengungkapkan pihaknya sangat bangga. Bahkan ia menambahkan, saat ini pihaknya terus memberikan bantuan bimbingan dan sarana prasarana terhadap semua kelompok HIPPA yang ada di Kabupaten Probolinggo. Termasuk kelompok HIPPA Karya Tirta.
“Alhamdulillah, kinerja kelompok HIPPA Karya Tirta cukup menggembirakan karena kelompok tersebut mampu juara di tingkat kabupaten, dan saat ini mewakili Badan Kordinasi Wilayah Malang untuk memperebutkan juara pertama lomba HIPPA tingkat provinsi,” tandasnya.
Lebih lanjut dikatakan, sejumlah petani di Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan,, mengembangbiakkan burung hantu jenis tyto alba untuk menanggulangi serangan hama tikus yang menyerang tanaman padi mereka. Burung predator itu dinilai efektif untuk mengendalikan hama tikus yang kerap membuat tanaman padi mereka terancam gagal panen.
Hampir dua tahun ini saya membudidayakan burung hantu. Awalnya, mendapat sepasang burung hantu itu dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dia juga harus mengikuti pelatihan terlebih dulu di Jawa Tengah, sebelum mengembangbiakkannya untuk diletakkan di area persawahan, paparnya. “Dari sepasang burung hantu, saat ini telah berkembang menjadi sekitar 13 burung, yang 11 di antaranya telah diletakkan di area persawahan,” terangnya.
Menurut dia, bagi petani yang menginginkan burung hantu bisa berhubungan dengan dirinya. Asal, petani atau kelompok tani tersebut mampu menyediakan rumah burung hantu (rubuha) yang diletakkan di area persawahan. “Gratis, karena memang tak boleh diperjual belikan, yang penting bisa menyediakan rubuha sesuai standard. Karena biaya pembuatan rubuha cukup besar, bisa mencapai Rp 2,5 juta lebih,” tambah Sukarman. [wap]

Tags: