Antisipasi Pemulangan Santri dan 14 Ribu PMI

Santri Pesantren Al-Aqobah, Diwek, Jombang melaksanakan salat gaib mendoakan arwah Syekh Ali Jaber, Kamis siang (14/01). [arif yulianto]

Pemprov, Bhirawa
Gelombang pergerakan masyarakat jelang hari raya Idul Fitri tidak hanya diantisipasi bagi para pemudik. Sebab, para santri rencananya juga akan berpulang dari ribuan pondok pesantren di Jatim. Sementara itu lebih dari 14 ribu Pekerja Migran Indonesia (PMI) diprediksi akan pulang ke Jatim sebelum hari raya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 salah satunya dipengaruhi dari proses mobilitas dan interaksi masyarakat yang tinggi. Seiring dengan adanya SE 13 Tahun 2021 dari BNPB dan Instruksi Mendagri, maka proses pemulangan tersebut harus dipersiapkan baik oleh jajaran Pemprov Jatim, TNI, Polri, Kanwil Kemenag Jatim dan yang lebih penting adalah pemerintah kabupaten /kota sebagai tempat tujuan dari setiap pergerakan masyarakat.
“Bahwa dengan aturan-aturan itu terdapat penyekatan dan rayonisasi di sejumlah daerah. Maka, kalau para santri ini pulang kemudian jalan sudah terlanjur di sekat maka perlu ada pengantar. Jangan sampai pengurus pesantren atau wali santri kesulitan atau khawatir,” ujar Khofifah di sela rapat kordinasi PPKM di Gedung Negara Grahadi, Kamis (22/5).
Selain pemulangan santri, dalam momentum Idul Fitri juga akan ada pemulangan pekerja migran yang berdasarkan data BP2MI diperkirakan sekitar 14 ribu orang. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu sebanyak 2.100 orang PMI. Dari jumlah tersebut, setiap hari diprediksi akan masuk 600-700 PMI. Dengan demikian, akan sangat dibutuhkan ruang karantina bagi mereka yang pulang dari negara asal. “PMI ini bukan mudik tetapi memang masa kontrkanya telah selesai dan kembali ke Indonesia,” lanjut Khofifah.
Terkait ruang karantina tersebut, Khofifah berharap para bupati dan wali kota terkonfirmasi secara detail. Karena bisa saja antara KTP dan tempat tinggalnya berbeda. Maka harapannya ada serah terima PMI di pendopo daerah masing-masing sebagai bentuk pelayanan terhadap PMI. “Pak Bupati punya tugas mengantarkan sampai di pendopo kabupaten. Karena kita harus menghormati bagaimana mereka telah berjuang dari negara lain,” tutur gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Khofifah mengatakan, tempat karantina di Jatim tidak cukup kalau jumlahnya PMI sebesar itu. Maka ada opsi yang harus dicari, misalnya dulu menggunakan tempatnya Korem di Juanda. Ini bisa saja difungsikan kembali. “Kalau sudah tidak ada masalah, swab antigen tidak ada yang positif PMI bisa langsung dikirim ke pendopo masing-masing kabupaten / kota. Kalau misal dalam proses identifikasi gejala Covid bisa dikirim ke rumah sakit darurat,” ujar Khofifah.
Kepala Kanwil Kemenag Jatim Ahmad Zayadi menambahkan, kepulangan para santri mulai berlangsung sejak awal Maret. Khususnya pesantren besar seperti Sidogiri, Salafiyah Safi’iyah dan pesantren besar lainnya. Dalam proses pemulangan, pihak pesantren mengordinir para santri menggunakan bis yang disewa.
“Jadi para santri tidak menggunakan angkutan umum dan di titik penjemputan akan dilakukan oleh kordinator masing-masing daerah. Proses pemulangan santri juga dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat sebagaimana yang telah dilakukan seperti tahun lalu,” pungkas Zayadi. [tam]

Tags: