Antisipasi Penimbunan Masker, Polres Sumenep Sidak Apotek

Sumenep, Bhirawa
Jajaran Kepolisian Resor (Polres) Sumenep melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah apotek. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penimbunan sarana pencegahan virus Corona atau Covid 19 seperti masker dan sanitaizer.
Kepala Polres Sumenep, AKBP Deddy Supriadi mengatakan, sidak tersebut merupakan bentuk antisipasi atas tindakan melawan hukum yang dilakukan pihak kurang bertanggungjawab.
Sebab, kadang kala, pihak tertentu menjadikan merebaknya virus Covid 19 itu sebagai kesempatan untuk meraup keuntungan pribadi dengan cara menimbun barang sehingga terjadi kelangkaan. Setelah terjadi kelangkaan, barang yang ditimbun itu baru dikeluarkan dengan cara menjual dengan harga yang lebih tinggi.
“Kami di Kepolisian juga ikut bertanggungjawab atas terjadinya hal yang tidak diinginkan atas merebaknya virus Corona itu. Ini (sidak, red) bagian dari bentuk tanggung jawab kami,” kata Kapolres Sumenep, AKBP Deddy Supriadi, Kamis (5/3).
Hasil pantauan di lapangan, jelasnya, terjadi kekosongan stok masker disejumlah apotek sejak awal Januari 2010. Meski ada distributor yang menawarkan, harganya pun sangat tinggi yakni Rp 125 ribu per box. Padahal, harga normalnya hanya Rp 30-35 ribu per box.
“Informasi yang kami terima dari apoteker Apotek, sejak awal Januari 2020 sudah tidak ada pendistribusian dari diateibutor di Surabaya,” ucapnya.
Ada sejumlah apotek yang menjadi objek sidak korp baju coklat, di antaranya apotek Kimia Farma dan Eka Darma, keduanya beralamat di jalan KH Mansyur, Kecamatan Kota Sumenep.
“Lebih baik melakukan pencegahan dari pada mengobati. Jadi, mari bersama-sama jaga kondisi kesehatan kita dengan mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup,” harapnya.
Sementara itu, Apoteker Kimia Farma, Joko Pramono menyampaikan, sejak beberapa pekan terakhir ini memang banyak masyarakat yang datang mempertanyakan masker. Tapi, karena stoknya memang tidak ada, mereka tidak jadi membelinya.
“Kalau rata-rata setiap harinya, ada sekitar 20 orang yang datang mau membeli masker. Mereka dari kalangan masyarakat biasa, bukan dari tenaga medis,” jelas Joko.
Sebelum adanya virus Corona, pihaknya mengaku hanya menyediakan stok masker sebanyak 10 box. Itu pun biasanya dibeli oleh tenaga medis yang ada di desa-desa seperti bidan dan perawat. Pembelian pun tidak sampai dengan cara borong, terbanyak ada dua box.
“Kalau di sini (Kimia Farma) memang tidak mengecer satuan, jadi tenaga medis atau pembeli langsung membeli minimal satu box dan tidak boleh membeli dengan jumlah yang banyak,” imbuhnya.[sul]

Tags: