Antisipasi Resesi Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi

Oleh :
Novi Puji Lestari
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Pandemi Covid-19 yang tidak kunjung mereda hingga saat ini, bisa dipastikan akan membawa konsekwesi ancaman tersendiri baik secara global maupun nasional. Otomatis, realitas pandemi ini akan membawa mimpi buruk terhadap perekonomian dunia. Sejumlah negara resmi masuk ke jurang resesi ekonomi akibat pandemi virus corona. Beberapa negara yang sudah masuk jurang resesi, antara lain Singapura, Korea Selatan, Jerman, Jepang, Perancis, Hong Kong, dan bahkan Amerika Serikat (AS). Selain negara tersebut, beberapa negara lain pun terancam masuk ke jurang yang sama karena krisis pandemi virus corona. Indonesia salah satunya. Hal itu terjadi setelah pertumbuhan ekonomi minus pada kuartal I dan II 2020.

Memahami resesi dan dampaknya

Merujuk dalam ilmu ekonomi, resesi adalah keadaan ketika suatu negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Saat resesi artinya, pertumbuhan ekonomi bisa sampai nol persen, bahkan minus dalam kondisi terburuknya. Sejumlah indikator yang bisa digunakan suatu negara dalam keadaan resesi antara lain terjadi penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Pertumbuhan ekonomi selama ini jadi indikator utama dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diwakili oleh naiknya PDB. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Beberapa variabel tersebut berupa faktor eksternal yang berada di luar kendali, seperti gejolak ekonomi global dan mekanisme pasar.

Adapun National Bureau of Economic Research (NBER) menyatakan, secara umum resesi terjadi ketika negara masuk dalam periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh sektor ekonomi, dan sudah berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, umumnya lebih dari tiga bulan. Seperti kita ketahui bersama di Indonesia, sejak diumumkan pemerintah pada awal Maret lalu virus ini terus menggila dan mewabah di hampir seluruh nusantara. Meruaknya pandemi ini berdampak di segala lini, termasuk ekonomi. Roda ekonomi nyaris terhenti karena pandemi.

Pemerintah memprediksi, pandemi akan membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 minus hingga 3,8 persen. Jika pertumbuhan minus itu berlanjut ke kuartal III 2020, Indonesia berpotensi masuk ke jurang resesi. Besar kemungkinan ekonomi Indonesia minus 3,4 persen pada kuartal II 2020 dan minus 1 persen pada kuartal berikutnya. Mengutip riset Morgan Stanley bertajuk Asia Economic Mid Year Outlook, ekonomi Indonesia diproyeksi minus 5 persen pada kuartal II 2020 dan minus 1,5 persen pada kuartal III 202.

Selanjutnya, World Economic Outlook (WEO) memprediksi ekonomi Indonesia terkontraksi 3,1 persen pada kuartal II 2020. Kemudian, ekonomi mulai membaik pada kuartal III 2020 meski masih diramalkan minus sebesar 0,3 persen. Realitas tersebut, tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat bagi proses pertumbuhan ekonomi negeri ini. Sebab, jika terbiarkan tanpa langkah antisipasi maksimal maka dampak ekonomi saat terjadi resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi. Sebagai contoh, ketika investasi anjlok saat resesi, ini secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan yang selajutnya menimbulkan ledakan pengangguran yang kemudian diikuti dengan meledaknya jumlah orang miskin.

Selajutnya, diikuti produksi atas barang dan jasa juga ikut merosot. Realitas tersebut, jika tidak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor. Efek tersebut bisa berupa macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya terjadi deflasi. Diikuti juga neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Bahkan, jika teranalisis dalam skala riil, banyak orang bisa kehilangan rumah karena tidak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.

Solusi jurus selamat dari resesi

Instrumen fiskal APBN 2020, sekiranya bisa dikorelasikan dengan penyiapan dana dari pemerintah yang sejatinya pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp695,2 triliun untuk menangani pandemi Virus Corona baru dan dampak yang menyertainya, sebagaimana yang tertuang dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Meski demikian, kebijakan memacu ekonomi jangan sampai mengabaikan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Saatnya, kita mengindahkan pesan Presiden Jokowi, bahwa kita harus mengatur keseimbangan antara rem dan gas dalam membuka kegiatan ekonomi.

Wajar adanya, jika sampai saat ini pemerintah sedang berusaha keras menahan agar tidak terjadi resesi sekaligus menjaga agar wabah jangan tambah merajalela. Berikut ini, ada beberapa langkah terpenting yang bisa diambil agar suatu negara terbebas dari jurang resesi.

Pertama, menjaga dunia usaha dan sektor keuangan agar dapat bertahan. Selain itu, pemerintah harus memastikan proses pemulihan ekonomi dapat berlangsung cepat. Dengan demikian, Indonesia kemungkinan dapat selamat dari jurang krisis.

Kedua, kebijakan fiskal dan moneter Indonesia, idelanya harus saling menopang guna mendorong perekonomian. Hal ini juga perlu diikuti dengan kebijakan dalam konteks krisis.

Ketiga, dipastikan sektor usaha dan masyarakat tidak sampai mati suri. Sebab, terkhawatirkan jika perdagangan betul-betul mati, maka besar kemungkinan akan sulit jump start kembali. Artinya, guna membangkitkan ekonomi dan mengejar target pertumbuhan, maka dibutuhkan serapan belanja pemerintah agar dapat dioptimalkan. Pasalnya, instrumen itu merupakan satu-satunya tumpuan ketika investasi, belanja swasta, hingga kredit perbankan dinilai sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk mengejar pertumbuhan.

Keempat, saatnya kita masyarakat bisa hemat. Kiranya, kita masyarakay bisa mempersiapkan kondisi terburuk untuk mencukupi keuangan. Artinya, tetap berjaga-jaga mempersiapkan kondisi terburuk, apabila resesi ini berkepanjangan. Begitupun, tetap menjaga kesehatan agar resesi tidak berkepanjangan. Sebab resesi terjadi disebabkan oleh virus mematikan Corona (COVID-19).

Besar kemungkinan dengan mengaplikasikan empat jurus selamat dari resesi ekonomi tersebut di atas, setidaknya negeri ini bisa terbebas dari bayang-bayang resesi ekonomi yang cukup mengerikan bagi denyut perekonomian nasional.

—————- *** ——————

Tags: