Antusiasme Peserta Paragliding Trip of Indonesia

 Para peserta TroI yang banyak datang lebih awal di Bondowoso untuk mencoba lokasi baru Megasari di Kecamatan Sempol Bondowoso dengan melihat langsung keindahan lereng Ijen. (Samsul Tahar/Bhirawa)

Para peserta TroI yang banyak datang lebih awal di Bondowoso untuk mencoba lokasi baru Megasari di Kecamatan Sempol Bondowoso dengan melihat langsung keindahan lereng Ijen. (Samsul Tahar/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Keberadaan Puncak Megasari yang merupakan lokasi baru dalam olahraga dirgantara di Indonesia banyak membuat penasaran peserta Paragliding Trip of Indonesia (TroI). Beberapa daerah pun berencana datang lebih awal untuk mencoba terbang di atas langit Sempol.
”Kami minggu malam berangkat dan langsung ke Sempol, Senin paginya mencoba terbang gantole,” kata Herda Eka, salah seorang penerbang gantole yang belum lama berlaga dalam PON di Jabar. Gantole memang tidak di lombakan dalam TroI di Puncak Megasar, namun sebagai olahraga dirgantara, para atlet gantole juga ingin mencoba dan latihan di Puncak Megasari.
Selain Herda, banyak penerbang gantole dari beberapa daerah di Jatim yang berangkat bersama-sama ke Sempol. ” Mereka dari berbagai kabupaten dan kota, namun berangkatnya bersama-sama karena peralatannya memang berat,”ujarnya. Selain ingin terbang dari Puncak Megasari, mereka juga ingin mengenali cuaca dan arah angin.
Sementara itu tim paralayang dari Mabes TNI AU juga berencana datang lebih awal. Yang berjumlah sekitar tujuh anggota TNI itu rencananya akan berangkat duluan mendahului tim lain.
”Karena semua memang belum pernah terbangĀ  di Puncak Megasari sekalian latihan,” kata Letkol Agnes yang juga akan datang ke Bondowoso.
TroI di Bondowoso merupakan seri ke empat dari lima seri yang direncanakan. Seri Pertama di Gelar di Karanganyar Jawa Tengah, Manado, Sumbawa Barat, Bondowoso dan terakhir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Sementara itu, Bupati Amin Said Husni berharap TroI yang masuk rangkaian Festival Ijen itu bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Even tersebut menurut Amin merupakan salah satu promosi wisata untuk mengenalkan potensi Bondowoso.
”Karena yang datang dari berbagai daerah dan bisa membuat Bondowoso semakin dikenal. Khusus bagi atlet mereka bisa lebih tahu Bondowoso dan bisa menceritakannya kepada temannya yang lain.
Selain itu, dia menilai TroI adalah sesuatu yang unik. Dengan adanya Puncak Megasari, Bondowoso memiliki potensi untuk digunakan area olahraga dirgantara. Apalagi tidak semua daerah memiliki potensi tersebut. Dia berharap, hal itu bisa menjadi keunikan dan menjadi nilai lebih bagi Bondowoso.
Apalagi kata Amin, potensi Bondowoso tidak hanya itu saja. Bersmaan dengan agenda TroI ada Jazz de Ijen yang diadakan di Sempol dan Jazz Republik Kopi di Museum Kereta Api Bondowoso. “Seluruh sajian itu tentunya bisa menjadi bentuk hiburan tersendiri bagi pemerintah,” tegasnya.
Dijelaskan, salah satu hal yang menjadi keluhan para wisatawan adalah insfrastruktur. Dalam hal ini kata dia, pihaknya telah memfokuskan pembangunan insfrastruktur di berbagai destinasi wisata. Misalnya di Kawah Wurung, Puncak Megasari dan jalur di Kawa Ijen. “Bahkan TMMD tahun ini kami taruh di Desa Solor, karena di sana ada destinasi wisatanya,” tegasnya.
Sementara, Kepala Disparporahub Bondowoso Harry Patriantono mengatakan, TroI merupakan kegiatan yang merupakan sarana promosi wisata bagi Bondowoso. Dimana walau masih pertama kalinya, TroI sudah masuk dalam salah satu kalender tahunan pariwisata Bondowoso. “Yakni Ijen Festival,” tegasnya.
Diharapkan dengan even nasional, lebih bisa banyak lagi mengenalkan Bondowoso kepada dunia. Harapannya bisa berdampak secara luas pada kepariwisataan dan ekonomi kreatif di masyarakat. [har]

Tags: