Aparatur Desa Harus Deteksi Dini Paham Radikalisme

Kasi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Pusat Letkol Laut Setyo Pranowo (tengah) saat menyampaikan materi, Kamis (2/8). [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Aparatur pemerintahan desa maupun kelurahan harus bisa melakukan deteksi dini penyebaran paham radikalisme di lingkungannya. Karena mereka yang tahu lebih awal kegiatan diduga dilakukan teroris di lingkungan masayarakat. Aparatur desa dan kelurahan harus bisa membaca adanya perubahan perilaku dan tampilan para teroris.
”Kini anggota jaringan teroris mengubah tampilan seperti masyarakat biasa dan beridiologi normal. Aparat desa harus memahami ini, jangan sampai ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak, malah yang jauh Nampak jelas,” ujar Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Pusat, Letkol Laut Setyo Pranowo, Kamis (2/8).
Pejabat BNPT Pusat itu menjadi nara sumber dalam Seminar Penguatan Aparatur Kelurahan dan Desa Dalam Pencegahan Terorisme di Hotel Grand Whizz Trawas, Kab Mojokerto.
Setyo Pranowo menambahkan, yang perlu dipahami aparatur desa yakni bahwa sebelumnya, para teroris berpenampilan khas. Salah satunya berjenggot kini penampilan teroris bergeser. Mereka justru kerap menggunakan pakaian layaknya masyarakat umum. Seperti mengenakan celana jeans dan casual.
”Perubahan ini yang musti diwaspadai oleh aparatur desa maupun kelurahan. Sehingga mereka bisa melaporkan ke aparat mulai dari tingkat bawah,” terang Setyo Pranowo.
Selain penampilan yang bergeser, pola-pola mereka dalam berkegiatan juga berbeda. Sebelumnya, aksi mereka lebih banyak melalui pengajian-pengajian tertutup. Namun kini, mereka lebih menggunakan media sosial untuk rekrutmen anggota dan menunjukkan aktivitasnya.
”Aparatur desa juga harus memahami perubahan pola berinteraksi mereka,” tegasnya.
Meski begitu, ada perilaku-perilaku khas anggota jaringan teroris yang masih bisa dideteksi. Salah satunya, mereka selalu terkesan tertutup dan ekskklusif. Mereka sulit untuk bergabung dengan masyarakat umum. Terutama untuk kegiatan-kegiatan bersama seperti peringatan Kemerdekaan RI setiap Bulan Agustus.
”Bisa dilihat cara berinteraksi merela di masyarakat, Mereka itu anatik, menutup diri dan intoleran,” tambah pria kelahiran Bangsal, Mojokerto ini.
Jika masyarakat mengetahui ada orang dengan perilaku demikian, diharapkan melakukan langkah antisipasi dengan menyampaikan ke pihak keamanan, baik Babinsa maupun Babinkamtibmas. Dengan begitu, deteksi dini akan bisa dilakukan.
”Langsung bisa dilaporkan, jika ciri-ciri itu terpapar, masyarakat harus segera melapor. Ini penting, karena banyak masyarakat yang tidak tahu jika di tengah-tengah mereka ada anggota jaringan teroris,” tambah Setyo Pranowo lagi.
Ia berharap, deteksi dini juga dilakukah seluruh masyarakat, termasuk aparat pemerintahan hingga level terendah. Sehingg ruang gerak teroris akan bisa dibatasi dan diantisipasi.
Dalam kegiatan itu hadir sebagai peserta diantaranya aparatur desa dan kelurahan dari Kabupaten dan Kota Mojokerto, serta Kab Sidoarjo dan Jombang. Selain aparatur Desa juga hadir pejabat Bakesbanglinmas Pol, kepolisian dan TNI, serta pejabat pembina pemerintahan Desa ditingkat Kabupaten maupun Kota. [kar]

Tags: