APTRI Desak Bulog Bijak Terkait Impor Gula

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Ketua Dewan Pembina Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat (DPP APTRI) HM Arum Sabil mendesak Bulog untuk bersikap bijak terkait keputusan impor gula, sebab membuat anjloknya harga lelang gula petani tebu rakyat (PTR) di tengah masa panen tebu.
“Hal ini diperparah dengan anjloknya tingkat rendemen tebu rakyat akibat iklim basah, sebab tidak hanya mengancam kehidupan petani, namun juga keberlangsungan budi daya tanaman tebu dan industri gula nasional,” kata Arum, di Surabaya, Senin (1/8).
Arum mengaku, sebelumnya dalam lelang sebanyak 8.720.191 ton gula PTR dari 15 pabrik gula (PG) di lingkungan N11 (minus PG Kanigoro) yang dilaksanakan di Gedung Rapat Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI pada 29 Juli 2016, harga terendah lelang berada di level Rp11.004/kg dan tertinggi Rp12.189/kg.
Arum menyebut harga ini berbeda dibanding lelang sepekan sebelumnya di PG Kebon Agung, di mana harga lelang masih di level Rp12.775/kg dan lelang di PG Madukismo pada level Rp12.350/kg.
Arum mengaku anjloknya harga lelang tersebut diduga dipicu oleh masuknya 1.000 ton gula impor (white sugar) dari Thailand ke pasar Jatim pada level harga Rp 11.500/kg ke pedagang.
Selain itu, juga dimulainya giling raw sugar sebagai bahan baku gula putih oleh PT Kebun Tebu Mas (KTM) di Lamongan.
Penyebab lain anjloknya harga lelang gula PTR, kata Arum, adalah maraknya izin impor yang diterbitkan pemerintah untuk 11 perusahaan gula rafinasi yang kapasitas terpasangnya mencapai di atas lima juta ton.
Selain itu, juga masih adanya izin impor yang diberikan pemerintah kepada institusi lain yang jumlahnya mencapai ratusan ribu ton. “Yang menyedihkan serta memprihatinkan justru raw sugar tersebut tidak diproses sendiri tetapi diproseskan ke pabrik gula rafinasi dan PG yang berdiri hanya sebagai kedok pemenuhan kapasitas,” katanya.
Tak cuma itu, kata Arum, pemerintah juga masih memberikan izin impor raw sugar kepada PG baru yang dibangun dengan alasan awal sebagai investasi, namun pada akhirnya ketahuan tujuannya hanya sebagai kedok untuk berburu izin impor raw sugar dengan alasan idle capacity dan commissioning.
Oleh karena itu, Ketua DPP APTRI Abdul Wahid mengaku bersama petani tebu akan mendesak pemerintah agar tidak terkecoh oleh persepsi harga gula mahal yang sengaja dibangun oleh para pemburu impor.
“APTRI bersama petani tebu akan mendesak Bulog dan PT PPI agar tidak dijadikan agen sindikat dari para mafia gula impor, karena fakta yang terjadi di lapangan saat ini justru PPI dan Bulog terindikasi menjadi mesin pembunuh petani tebu dan industri gula dalam negeri yang berbasis tebu lokal,” katanya.
Selanjutnya, petani tebu juga akan mendesak pemerintah agar PG segera direvitalisasi dengan benar dan tanaman tebu secara bersamaan juga segera direvitalisasi dengan disediakan varietas unggul serta ketersediaan pupuk tepat waktu dan kredit murah dan mudah.
“Kami akan menuntut pemerintah agar pabrik gula baru yang tidak punya ladang tebu, dan hanya sebagai kedok untuk memburu izin impor gula supaya ditutup dengan tidak memberi izin impor gula dengan alasan apa pun,” katanya. [ant]

Tags: