APTRI Keluhkan Pembatasan Distribusi Pupuk Tebu

Ketua APTRI, Abdul Wahid, Pembina APTRI, Arum Sabil bersama Dirjen Perkebunan Kementan, Bambang di Rakernas APTRI di Gedung P3GI, Kota Pasuruan, Jumat (12/5). Para petani tebu mengeluhkan soal distribusi pupuk semakin dibatasi.

Pasuruan, Bhirawa
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) melaksanakan Rakernas APTRI di Gedung Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Kota Pasuruan, Jumat (12/5).
Dalam Rakernas itu, para petani tebu mengeluhkan soal distribusi pupuk semakin dibatasi. Bahkan, pasokan bahan untuk pemeliharaan dan pengobatan sejak masa tanam hingga jelang panen tebu sangatlah minim.
Ketua APTRI, Abdul Wahid menyampaikan makin langkanya pasokan pupuk membuat para petani banyak yang kelimpungan. Disisi lain, sejarah pabrik gula di Indonesia dibuktikan dengan adanya P3GI di Kota Pasuruan. Saat itu, di Indonesia bisa swasembada gula.
“Permasalahan besar yang kami hadapi saat ini adalah distribusi pupuk semakin dibatasi. Imbasnya pada hasil panen tebu kurang memuaskan. Padahal, Di Pasuruan ini punya andil besar dalam perkembangan gula. Bahkan mampu mengekspor gula untuk dunia, hingga puluhan tahun lamanya,’’ terang Abdul Wahid.
Karena itu, lanjut Wahid, para petani meminta agar dibuka distributor pupuk khusus petani tebu. Dengan demikian, bisa meningkatkan rendemen sesuai standar pabrik gula dan bisa ke arah swasembada gula serta tak repot lagi pemerintah mengimport gula.
“Keterlibatan pihak P3GI dalam hal pembibitan tebu harus ditingkatkan. Karena P3GI mempunyai lembaga riset yang nantinya mampu membantu kalangan petani tebu. Termasuk pula menghasillan variates tebu yang meningkatkan hasil panen petani. Makanya, pemerintah harus ada kejelasan terkait kelembagaan P3GI punya kepedulian teliti soal gula.” ujar Abdul Wahid.
Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementan RI, Bambang menyampaikan agar para petani harus lebih meningkatkan kelembagaanya. Termasuk pula memperbaiki rendemen.
“Dengan memperkuat kelembagaan petani, setidaknya segala permasalahan akan mudah tertangani. Misalnya, pembentukan mandiri benih dan tambahan pupuk bisa terealisasi,’’ jelas Bambang. [hil]

Tags: