Arca Pancuran Garuda Muncul di Situs Sumberbeji Jombang

Arca pancuran Garuda yang ditemukan di Situs Sumberbeji pada ekskavasi hari kelima, Sabtu sore (14/09). [Arif Yulianto/ Bhirawa Jombang}

Jombang, Bhirawa
Sebuah arca pancuran berbentuk Garuda muncul di petirtaan kuno Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Arca pancuran Garuda tersebut ditemukan pada Sabtu sore (14/09) sekitar pukul 16.30 WIB pada ekskavasi hari ke lima oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) saat sedang ada upaya lanjutan membuka dinding ke arah selatan.
Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho di lokasi, Minggu sore (15/09) menjelaskan, posisi arca pancuran berbentuk Garuda ini masih menempel di dinding petirtaan yang membujur utara-selatan dengan separoh bagian bawahnya masih terpendam tanah, sehingga masih belum diketahui detail ukurannya. Namun kata Wicaksono, sudah terlihat arca Garuda yang tangan kirinya memegang bulatan dengan ada lubang tempat keluar air. Kepala Garuda mengarah ke kiri dan menggunakan mahkota dengan lambang tengkorak.
“Dia di sebelah selatan dari bangunan tengah,” ujar Wicaksono.
Ditanya lebih lanjut arca pancuran berbentuk Garuda seperti itu pernah dijumpai di mana saja selain di Situs Sumberbeji, dia menjawab, di Museum Trowulan, Mojokerto terdapat satu arca pancuran yang merupakan hasil penyelamatan Belanda yang saat ini menjadi koleksi Museum Trowulan yang diduga dulunya ditemukan di daerah Trawas, Mojokerto.
“Kalau arca pancuran Garuda, tidak ada, baru ini, dan yang cukup menariknya ini masih menempel pada dinding, dalam istilah arkeologi, masih ‘Insitu’,” ulas Wicaksono.
Rencananya, temuan arca pancuran Garuda di Situs Sumberbeji ini akan tetap dibiarkan menempel di dinding petirtaan hingga pihaknya selesai mengupas seluruh petirtaan tersebut. Untuk pengamanan, dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang serta kepa la desa setempat.
Diterangkannya, arca pancuran Garuda merepresentasikan konsep cerita dalam agama Hindu tentang Garudeya, di mana diceritakan Garuda mencari air suci untuk membebaskan ibunya dari perbudakan. Ditambah lagi, sebelumnya di lokasi tersebut juga telah ditemukan sejumlah Jaladwara yang berbentuk Uar/Naga, yang melambangkan mata air suci yang dijaga ular.
“Kemarin kita menemukan Garudanya, jadi klop cerita Garudeya itu,” tandasnya.
Disinggung dengan adanya temuan arca pancuran berbentuk Garuda apakah bisa mereptesentasikan era di mana petirtaan Sumberbeji ini dibuat, Wicaksono kemudian menjawab, pada masa kerajaan Kahuripan maupun Kadiri, memang Raja Airlangga memang merepresentasikan dirinya sebagai Wisnu di dunia.
“Tapi belum tentu semua tinggalan Garuda di arahkan ke Airlangga, harus kita lihat konteksnya secara lebih utuh, apakah Garuda di sini ini merepresentasikan Airlangga sebagai Wisnu, ataukah Garuda dalam konsep Garudeya, seperti di Candi Kidal ada pilar yang dipahatkan Garuda. Candi Kidal merupakan pendarmaan Raja Anusapati masa Singosari,” papar Wicaksono.
Selain ditemukannya arca pancuran berbentuk Garuda, telah ditemukan lagi satu buah Jaladwara pada Sabtu sore (14/09). Sehingga mulai dari aktifitas Survey Penyelamatan hingga Ekskavasi pada Minggu sore (15/09), total sudah lima buah Jaladwara berhasil ditemukan di Situs petirtaan kuno Sumberbeji, Kesamben, Ngoro, Jombang.(rif)

Tags: