Arwah

Oleh :
Amelia Tambunan

Suara alarm berdering begitu nyaring mengusik tidurku yang nyenyak tatkala sinar matahari masuk dari tepi jendela kamarku. Enggan untuk membuka mata namun akhirnya terpaksa kubuka, lalu beranjak dari ranjangku dengan merapikan perlengkapan untuk dibawa kerja nanti. Setelah selesai aku mengambil ponselku hendak untuk melihat jam, mata ini mebelalak tersadar bahwa seharusnya sekarang aku sudah tiba di kantor.

****
Bergegas aku mandi lalu berpakaian setelah itu aku berangkat dengan laju kecepatan yang tinggi. Selama diperjalan pikiranku bercabang, karena hari ini aku sudah membuat janji suatu pertemuan untuk menjalin kerja sama. Tepat kurang dari lima menit akhirnya aku sampai dan bergegas ke lantai sepuluh menggunakan lift. Tiba di sana aku melihat sudah banyak sekali yang menungguku, tetapi untung saja semuanya berjalan baik, aku sangat senang. Mereka pun satu persatu meninggalkan ruangan itu. Hanya aku seoranglah yang ada disana.
Mengingat ada beberapa pekerjaan yang masih terkendala, terlebih dahulu aku menyelesaikannya. Suasana hening sangat membantuku untuk mendapat fokus yang lebih, namun tiba-tiba sebuah benda jatuh dan bergelending tepat di depanku. Seketika berdiri bulu romaku lantaran tidak ada siapaun disana selain aku. Mencoba untuk kembali membangun fokus tak lama terdengar suara anak kecil seakan sedang asyik bermain. Ketakutanku semakin memuncak ditambah lagi hari sudah mulai gelap, begegas aku merapikan tempat bekerja lalu pulang.

****
Dalam perjalanan pulang tampak jalan sudah sepi. Hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang, terbesit heran tidak sepertinya di jam segini sudah sepi, tiba-tiba sebuah panggilan muncul di layar ponselku. Lalu aku memutuskan untuk berhenti sejenak untuk menjawabnya, setelah itu aku kembali meneruskan perjalananku tapi, entah kenapa mobil yang ku kemudikan tidak dapat bergerak. Jalanan sudah semakin sepi tidak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang, ” aku harus gimana,mana mungkin bengkel masih buka sekarang, ” gumam ku.
Kemudian aku mencoba untuk mengecek nya sendiri lalu menyalakan ulang, Tetapi masih juga tidak bisa menyala. Tidak ada yang bisa kulakukan selain berdiam diri didalam mobil sembari menunggu pagi namun aku merasa seperti ada yang aneh dengan tempatinibanyakBangunantuabergayaBelandadansepanjangjalantidak ada penerangan jalan. Ketika aku sedang melihat keadaan, tiba-tiba ada seorang yang mengetuk kaca mobilku tapi sosok-sosok itu cepat sekali hilang lalu tampak sosok menyeramkan merayap di hadapanku, seketika aku berpindah kebelakangan lalu menutup wajahku dengan jaket dan selimut dengan tubuh gemetar ketakutan.

****
Keesokanharinya, akutersadardaritidurkuperlahanmembuka mata lalu menatap langit-langit ruangan dan melihat sekelilingku kebingunganku. Seseorang perawat menemuiku sambil berkata,” akhirnya mba sudah sadar.”
Mendengar pernyataan itu aku semakin binggung kenapa aku bisa sampai disini, siapa yang mengantarku. Tak lama perawat itu meninggalkan ruangan dan seorang pria asing menemuiku , dia memberikan senyuman tipis dengan membawakan beberapa bingkisan lalu mengeluarkannya. Aku tidak berhenti untuk mengikuti pergerakan nya lalu dia mengatakan
” Jangan khawatir kemarin aku melihatmu didalam mobil, dalam keadaan pingsan jadi aku membawamu ke sini.”
Mendengar ucapan pria tersebut aku mencoba mengingat kembali kejadiaan tadi malam, sosok itu sangat membuatku ketakutan dan memutuskan untuk menepis ingatan itu lagi. Aku menoleh ke arah sebelahku dari sana sangat jelas terlihat jalanan yang sangat ramai dipenuhi kendaraan namun pria itu memintaku untuk sarapan terlebih dahulu karena nantinya dokter akan memberiku obat.

****
Setelah selesai aku tidak melihat keberadaan pria itu lagi mungkin dia sudah pulang padahal aku belum berterima kasih kepadanya. Aku diam sejenak , aku mencari keberadaan ponselku, laptop dan kunci mobil di nakas sebelah tempat tidurku. Namun, barang-barang tersebut tidak ada. Apa pria itu seorang penipu? Yang benar saja aku memutuskan untuk memanggi seorang perawat.
” Permisi, apakah pria yang tadi ada memberimu sesuatu?”
” Ya benar mbak ini kunci mobilnya dan ini semua barang yang ada didalam mobil mbak.”
” baik terima kasih Sus.”
Ternyata aku salah pria itu bukan penipu. Aku mencoba untuk mengecek ponselku dan beralihkan keWhatsappternyata sudah banyak panggilan tak terjawab disana. Aku mencoba untuk mengabari Sena salah satu sahabatku dan memintanya untuk datang menemuiku.

****
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya dia sampai. Aku melihatnya membawa anak kecil. Perlahan anak itu semakin mendekat ke arahku
” Hei siapa anak kecil itu?”
” Anak kecil yang mana? Ngaco kamu.”
Aku semakin binggung mengapa aku bisa melihat sedangkan dia tidak bisa. Mencoba untuk berpikir positif mungkin aja itu trauma dari kejadian tadi malam. Dia memintaku untuk menceritakan apa yang terjadi tadi malam dan aku menceritakan semua kejadian menyeramkan itu. Dan benar saja ternyata kota itu mendapat julukan kota mati. Tidak satu orang pun pengisinya hanya ada peninggalan bangunan rumah belanda dan beberapa rumah warga yang dulunya tinggal disana. Kota itu dulunya diratakan oleh pemerintah setempat untuk dijadikan rute tambahan laju kereta api namun, tak lama setelah diputuskan untuk beroperasi terjadi kecelakaan yang menewaskan seorang anak kecil usianya sekitar lima tahun. Sampai sekarang jasadnya masih belum ditemukan, dan warga juga sering lihat arwah anak itu. Mendengar pernyataan menewaskan seorang anak kecil berusia lima tahun, seketika aku teringat sosok anak kecil itu. Tapi kenapa dia terus mengikutiku. Ada apa sebenarnya.

****
Malam sudah semakin larut, tetapi mata ini enggan untuk terpejam suasana hening ruangan semakin membuat suara detik jam semakin jelas, padahal dokter memaksaku untuk tidur lebih awal. Banyak suara berisik dari dalam sana dan anak kecil itu selalu menghantui pikiranku. dengan terpaksa aku mencari cara agar tertidur dengan menutup mataku ditutupi selimut.
” Tolong aku, dimana ayah dan ibuku?”
Tepat di pukul 05.00 WIB aku terbangun dari tidurku dengan penuh ketakutan membangunkan pasien yang ada di dalam ruangan. Mereka semua bertanya ” kenapa” begitupun dengan sahabatku. Dia mencoba menenangkanku untuk menjelaskan kepadanya. Dan ketika hari sudah mulai terang dia memutuskan untuk membawaku ke tempat itu dengan membawa polisi. Mimpi itu menjadi sebuah petunjuk bahwa jasadnya ditemukan di persimpangan pertemuan kereta. Kemudian jasadnya dibawa untuk Diotopsi dan disana aku melihat pria yang waktu itu menolongku. Pria misterius itu menuju ke arahku, memberikan senyumannya dan berjabat tangan lalu pergi. Di waktu bersamaan anak kecil itu juga menampakan wujudnya seakan ber-terima kasih dan perlahan sosok itu menghilang.

———- *** ———-

Amelia Tambunan lahir di Medan, 11 Mei 2003. Saat ini terdata sebagi mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Prima Indonesia dan bergiat di Komunitas Penulis Anak Kampus ( KOMPAK)

Rate this article!
Arwah,5 / 5 ( 1votes )
Tags: