Arzeti: Lebih Baik Membuat Taman Persahabatan dari pada Ganti Nama Jalan

Anggota Komisi X DPR RI, Arzeti Bilbina

Sidoarjo, Bhirawa
Anggota Komisi X DPR RI, Arzeti Bilbina ikut angkat suara terkait polemik pergantian nama Jalan Dinoyo dan Jalan Gunungsari. Menurutnya kebijakan itu lebih banyak mudorotnya dari pada kemaslahatannya, terutama bagi warga yang tinggal di daerah tersebut.
Sebagai gantinya, Arzeti mengusulkan kebijakan itu dialihkan dengan membangun taman persahabatan Sunda-Jawa.
“Kebijakan itu harus penuh pertimbangan. Menurut saya kalau ditimbang kok lebih banyak mudorotnya ketimbang maslahatnya,” kata perempuan yang berangkat dari daerah pemilihan Jatim I (Surabaya – Sidoarjo) saat dikonfirmasi Bhirawa, Sabtu, (24/3) krmarin.
Mudorot yang dimaksud Arzeti tentu persoalan yang akan timbul di masyarakat. Warga akan terdampak pada perubahan seluruh dokumen penting. Dari KTP, KK, alamat rumah.
“Juga dokumen pertanahan, perjanjian, dokumen perizinan, dan masih banyak lagi. Kalau perubahan itu dilakukan, masyarakat akan sangat direpotkan dan menjadi sangat sibuk mengubah identitas itu,” ujarnya.
Menurut dia, sistem birokrasi kita masih seringkali menyulitkan masyarakat mengurus hal-hal semacam itu. “Harus diingat lho, mengubah dokumen itu tidak bisa sehari jadi,” ujarnya. Hal tersebut akan membuang tenaga dan waktu masyarakat. Belum lagi kalau tanah atau aset yang dalam posisi sengketa, warisan yang ahli warisnya terpencar.
Arzeti menambahkan apa tidak lebih rumit lagi kalau ternyata ada dua sertifikat, harus menggugat dulu di pengadilan, harus ikut sidang yang lama, harus menunggu sampai putusan berkekuatan hukum tetap, baru diubah. “Ini kan sangat sangat dan sangat merepotkan,” terangnya.
Arzeti berharap pemerintah daerah, khususnya Pemkot Surabaya dan DPRD Surabaya mempertimbangkan lagi kebijakan itu. Ia juga berharap pemda menghargai kearifan lokal. Sebab, nama jalan apa pun di Surabaya, memiliki latar belakang sejarah yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Pemberian nama jalan sudah melalui pertimbangan yang sangat matang sehingga tidak bisa diubah begitu saja.
“Sekali lagi ini bukan persoalan sepele. Juga bukan sekedar pergantian data adminduk (administrasi kependudukan). Ini soal sejarah. Kota Surabaya itu kota bersejarah,” ujar perempuan yang juga akrab disapa AZ itu.
Menurut Arzeti, dia perlu menyuarakan kegundahan sebagian besar masyarakat Surabaya ini karena kebetulan dirinya berada di Komisi X. Sebagaimana diketahui Komisi X salah satu konsennya terkait sejarah. “Sayang jika nama jalan yang penuh sejarah diganti begitu saja. Rencana membuat harmonisasi antara Sunda dan Jawa, bagus. Sangat bagus. Tapi mungkin bisa bentuk lain,” tegasnya. [riq]

Tags: