Asah Analisis Anggota Ungkap Narkoba

AKBP Teddy Suhendyawan Syarif

AKBP Teddy Suhendyawan Syarif
Mengungkap kasus narkoba tidaklah semudah seperti mengungkap beberapa kasus tindak pidana umum lainnya. Butuh analisis dan ketekunan yang luar biasa dalam melacak, menyelidiki maupun mengungkap kasus narkoba.
Talenta maupun kompetensi itulah yang ditekankan AKBP Teddy Suhendyawan Syarif kepada tiap anggota jajaran di Ditresnarkoba Polda Jatim. Sebagai Wakil Direktur Reserse Narkoba (Wadir Resnarkoba) Polda Jatim, Teddy menuntut anggota jajaran untuk terus mengasah kompetensi dalam bidang analisis perkara.
“Misalnya ada peredaran narkoba yang dikendalikan oleh jaringan A dan B. Namun tiba-tiba hasilnya bukan jaringan A dan B, melainkan jaringan W dan Z. Jadi saya tekankan kepada anggota untuk terus mengasah kemampuan analisisnya,” kata AKBP Teddy Suhendyawan Syarif, Rabu (13/11).
Selama bertugas di Polda Jatim sejak 28 April 2016 silam, alumnus Akpol 1994 ini mengaku kesulitan mencari SDM (Sumber Daya Manusia) seperti yang dibutuhkan. Untuk itu pihaknya menekankan kepada anggota jajaran agar terus dan terus mengasah kemampuan maupun kompetensinya dibidang analisis.
Selain itu, Teddy meminta anggotanya untuk terus tekun dalam menyelidiki kasus-kasus narkoba yang ada di Jawa Timur. Sebab, tantangan di Jatim diakui Teddy sangat dimanis. Yang mana pola yang digunakan dalam jaringan narkoba ini ialah jaringan terputus. Dari situlah anggota dituntut untuk terus konsentrasi melihat perubahan maupun pola-pola yang digunakan jaringan narkoba ini.
“SDM nya masih harus terus diasah kompetensinya, terutama kompetensi menganalis suatu kasus. Karena untuk menganalisa jaringan-jaringan narkoba harus butuh kemampuan sendiri. Sehingga apa yang dianalisi tidak akan meleset dari yang dianalisisnya,” ungkapnya.
Mantan Kapolres Sumbawa Barat ini mengaku peredaran narkoba rata-rata dikendalikan di dalam Lapas (Lembaga Pemasyarakatan). Meski jaringannya berasal dari Lapas, jaringan itu bisa berubah dan merupakan jaringan terputus. Untuk Surabaya, Teddy membeberkan, peredaran gelap narkoba yang pertama banyak melalui jalur darat. Kemudian jalur udara dan ketiganya adalah jalur laut.
Sementara untuk di Indonesia, Perwira Menengah Polri asal Jakarta ini mengaku jaringan Madura dan Aceh lah yang mendominasi. Sedangkan untuk asal barang haram itu, Teddy mengaku paling banyak berasal dari jaringan internasional, yaitu dari Myanmar, Bangkok, Kamboja dan Malaysia.
“Untuk mengungkap jaringan-jaringan narkoba ini, kemampuan analisis dan ketekunan anggota sangat dibutuhkan. Seperti hasil ungkap anggota pada Oktober lalu, kami berhasil mengungkap peredaran 6,9 kilogram sabu yang dimasukkan atau dibungkus dalam kemasan teh cina,” ucapnya.
Dalam pengungkapan kasus narkoba, Teddy menambahkan, pihaknya beserta anggota terus melakukan analisis. Bahkan analisis itu bisa dilakukan selama berbulan-bulan, guna mengungkap jaringan narkoba yang menjadi TO (Target Operasi).
“Biasanya, anggota melakukan pembuntutan sampai pada penyelidikan sekitar tiga bulan. Untuk itu dibutuhkan analisis yang cakap, serta ketekunan dalam mengungkap kasus narkoba ini,” pungkasnya. [bed]

Rate this article!
Tags: