Asah Insting Tajam, Tekankan Pengenalan Diri

Laksmiari Saraswati Widodo

Laksmiari Saraswati Widodo
Dibalik suksesnya Tim Nasional (Timnas) Indonesia di bawah usia 16 tahun, ada satu perempuan yang mencuri perhatian. Dialah Laksmiari Saraswati Widodo. Seorang psikolog olahraga yang sudah bekerjasama dengan Fakhri Husaini sejak tahun 2014 yang lalu. Bagi Asti, begitu sapaan akrab nya, mengantarkan anak-anak di bawah usia 16 tahun menjadi juara sepakbola di tingkat Asia Tenggara dengan beban juara dipundak bukanlah sebuah langkah yang mudah.
Ia menyadari betul, setiap emosi skuat garuda muda yang sangat dinamis setiap detik bisa berubah. Sore itu, sehari sebelum pertandingan final piala AFF digelar tepatnya hari Jumat (10/8), di pinggir lapangan Jenggolo, Asti menceritakan usaha kerasnya bersama tim dalam menangani keadaan mental setiap pemain.
“Secara teknis kita tidak ada masalah dalam menangani mereka. karena mereka juga faham betul skill dan kebutuhan masing-masing. Justru kesulitan dalam menangani tim ini adalah bagaimana sebagai pendidik harus melawan diri sendiri untuk tidak putus asa, ” ungkap Ibu tiga orang anak ini.
Lebih lanjut, kalau kita ingin mencetak generasi champion, kita harus menjadi champion dahulu. Kita tidak boleh menyerah dalam artian, harus dengan menggunakan cara kreatif untuk membentuk generasi juara itu. Misalnya, dalam mengajarkan anak-anak garuda muda U16 untuk cepat beradaptasi, pihaknya juga harus bisa menjadi pendidik yang sigap dan cepat dalam beradaptasi.
“Itu artinya, secara parallel kita semua tidak hanya saya, harus satu suara dan satu hati untuk bersikap tenang. Karena sikap positif ini akan sangat menular dengan cepat dalam satu tim,” lanjut perempuan kelahiran Sidney, 18 Oktober 1977.
Jika berbiacara pengambilan keputusan, ibarat kata kita punya 1000 teori, dan 1000 jurnal penelitian, tidak cukup digunakan untuk berbicara dalam pengambilan keputusan dalam olahraga.
“Dibutuhkan hati dan insting yang tajam dalam pengambilan keputusan secara tepat dan akurat dalam olahraga, terutama sepakbola,” imbuh perempuan yang menyelesaikan studi Master of Applied Psychology Program for Sport Psychology di Universitas Indonesia.
Dalam waktu 1 per 30 detik, sambung perempuan murah senyum ini, para pemain harus mampu mengambil keputusan. Kemana mereka akan mengumpan bola yang menjadi peluang. Melatih pengambilan keputusan cepat tersebut, diakuinya memang membutuhkan insting yang sangat kuat. “Yang membuat insting kita kuat dan benar adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu,” sahut dia
Bakat saja tidak cukup untuk berjuang membawa nama harum bangsa. Dibutuhkan ketabahan, passion yang kuat untuk mencapai cita-cita. Tentu saja disamping usaha yang dilakukan. “Punya seribu bakat, tapi nggak punya ketabahan ini nggak akan berhasil untuk membawa burung garuda terbang tinggi,” pungkas perempuan berambut panjang, berkacamata ini. [ina]

Tags: