Asia – Afrika Belum “Merdeka”

Konferensi asia-afrikaJUMAT (24 April 2015) menjadi periode puncak peringatan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Asia Afrika ke-60. Ini bukan sekadar klangenan para pemimpin Asia dan Afrika. Melainkan upaya menemukan kembali spirit Dasasila Bandung, sebagai akar kerjasama antar negara untuk “memerangi musuh bersama.” Sebab, setelah 60 tahun berlalu, kondisi bangsa-bangsa Asia dan Afrika, belum “merdeka” benar. Terutama dalam memajukan human resources (sumberdaya manusia, SDM).
Enam puluh tahun lalu, KTT Asia Afrika diselenggarakan di lapangan Tegal-lega, Bandung, 18 sampai 24 April 1955. Saat itu usia negara bangsa Indonesia belum genap 10 tahun. Negara lain se-kawasan, juga rata-rata belum 10 tahun. Termasuk empat negara penggas lainnya (India, Pakistan, Srilanka, dan Burma atau Myanmar) masih “dibawah” 10 tahun.
Tujuan utama KTT Asia Afrika saat itu untuk menggalang kerjasama ekonomi dan kebudayaan. Namun terdapat tujuan bersifat politis, bersatu melawan kolonialisme atau neo-kolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet (sekarang sudah terpecah menjadi beberapa negara), atau negara imperialis lainnya. Sebanyak 29 negara mengirimkan wakilnya. Ini berarti menjadi simbol lebih dari separuh penduduk dunia pada saat itu.
KTT juga mengagendakan ekses “perang dingin,” ketegangan blok komunis dengan blok kapitalis. Terutama ketegangan antara RRT (China) dengan Amerika Serikat. Begitu pula masih banyak negara di Afrika yang belum di-merdeka-kan dari kolonialisme. Misalnyapengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair. Indonesia untuk mempromosikan hak politik dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepekan berada di Bandung, para pemimpin negara Asia Afrika menghasilkan sepuluh seruan politik, atau disebut Dasasila Bandung. Temanya, berbunyi “pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan (pemberontakan untuk kemerdekaan) dan kerjasama dunia.” Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip Piagam PBB dan lima gagasan HAM Nehru. Konferensi ini kelak mendasari terbentuknya Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Seluruh diktum dalam Dasasila, terasa urgen hingga saat ini. Terutama situasi di Timur Tengah, dan Afrika. “Sila” ke-4, disepakati, “Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.” Namun diktum menjadi dilematis, karena banyak bagian suku bangsa ingin me-merdeka-kan diri. Boleh jadi, karena manajemen pemerintah negara bangsa kurang meng-akomodir kepentingan anak-suku (percabangan bangsa).
Tren pemisahan negara pemerintahan, juga marak di Eropa, selama satu dekade terakhir. Ironisnya, penyelesaian-nya bukan dengan dialog (musyawarah) ataupun demokrasi referendum. Melainkan dengan mengangkat senjata. Ironisnya, negara tetangga kanan-kiri, turut memperuncing situasi. Sebagaimana terjadi di jazirah Arab, serta di Afrika.
Maka peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika, bisa dijadikan peta jalan damai. Karena itu tuan-rumah Indonesia menggagas berbagai pertemuan, termasuk musyawarah khusus  dengan negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Misalnya, pembicaraan tentang situasi terakhir di Yaman. Juga untuk menghentikan petualangan ISIS di Suriyah dan Irak.
Jalan damai, merupakan amanat Dasasila Bandung. Pada “sila” ke-8 dinyatakan, “Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase (penyelesaian masalah hukum), ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.” Sesuai piagam PBB, niscaya terdapat perbedaan penyelesaian problem ISIS, dengan upaya pen-damai-an Yaman.
Sebagai tuan rumah, Indonesia berkomitmen mendorong terciptaan kedaulatan negara Palestina. Juga menggalang komitmen agar Palsetina dapat diterima sebagai anggota PBB. Hampir seluruh perwakilan negara Asia Afrika yang menghadiri KTT, menyetujui komitmen dukungan Palestina menjadi anggota PBB, tanpa syarat.
Peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika, akan didorong dengan spirit awal berdirinya. Terutama menegakkan prinsip utama “sila” Nehru, yakni, hak keseteraan dan keuntungan bersama.

                                                                                                        ————— 000 ————–

Rate this article!
Tags: