Astranawa Institute Dideklarasikan Bersamaan Harlah NU Ke-91

Surabaya, Bhirawa
Sekelompok warga NU dari berbagai latar belakang sosial dan profesi mendirikan sebuah perkumpulan bernama “Astranawa Institute”. Perkumpulan ini didirikan oleh mereka yang berasal dari kalangan intelektual, akademisi, politisi, ekonom, aktivis gerakan dan lain-lain yang memiliki kesamaan ideologi keagamaan dan kemasyarakatan yang berakar pada ajaran Islam ala Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.
“Astranawa Institute sengaja dideklarasikan bertepatan dengan Harlah NU ke 91 (31 Januari 1926) agar perkumpulan ini mendapatkan berkah dari Nahdlatul Ulama,” ujar H Muhammad Balya Firjaun Barlaman selaku Direktur Astranawa Intitute saat dikonfirmasi di sela-sela Deklarasi Astranawa Institue di Museum NU jalan Gayungsari Timur No.35 Surabaya, Selasa (31/1).
Menurut Gus Firjaun sapaan akrab Muhammad Balya Firjaun Barlaman, masyarakat dewasa ini dihadapkan pada berbagai situasi problematik yang tidak mudah untuk disikapi. Sebagai bangsa, akumulasi dari situasi-situasi itu membawa dampak yang nyata dalam kehidupan politik, pergaulan sosial, ketahanan ekonomi dan berbagai problem moral.
Terlebih, pertarungan ideologi-ideologi dunia, perubahan sistem politik dan ekonomi lokal dan pengaruh geopolitik regional, terbukanya arus informasi oleh kemajuan teknologi informasi serta berbagai problem yang menyertai globalisasi, merupakan realitas faktual yang tidak mudah untuk dihadapi oleh masyarakat.
NKRI, kata Gus Firjaun merupakan ijtihad politik terbaik sekaligus mahakarya founding fathers dan para Ulama Nahdlatul Ulama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara di atas pluralitas agama dan budaya bangsa Indonesia, kemudian mempersatukannya dalam wadah NKRI, semuanya itu adalah warisan yang harus kita jaga keutuhannya.
Terhadap seluruh diskursus, dinamika, dan kebutuhan penafsiran ulang tatanan kehidupan kebangsaan kita dewasa ini, seiring arus perubahan dan berkembangnya tata kehidupan dunia yang mempengaruhi sistim sosial, politik, dan moralitas, Astranawa Institute berpandangan bahwa hal tersebut harus dibingkai dalam sejarah kebangsaan yang panjang dengan mempertimbangkan realitas bahwa bangsa kita adalah bangsa yang majemuk.
“Berangkat dari panggilan jiwa untuk mewujudkan kemaslahatan umat dalam dinamika kehidupan sebagaimana dimaksud itulah, maka sekelompok warga NU dari berbagai latar belakang sosial dan profesi mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama “Astranawa Institute,” ungkap mantan anggota DPRD Jatim ini.
Melalui perkumpulan ini, lanjut Gus Firjaun diharapkan terkumpul energi potensial untuk membangun gerakan moral, intektual, sosial, dan ekonomi secara praktis sebagai bentuk dukungan kepada cita-cita perjuangan Nahdlatul Ulama.
Perkumpulan ini berazaskan Pancasila, berakidah Islam ala Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Perkumpulan ini bersifat keilmuan, kepakaran, kecendekiawanan, dikombinasikan dengan gerakan praksis berdasarkan landasan ideologi Ahlus sunnah Wal jama’ah sebagai ikhtiyar aktualisasi al-‘alimun al-‘amilun,” tambahnya.
Diakui Gus Firjaun, potensi kultural NU itu sangat besar sehingga tak mampu tertampung di struktural NU maupun Badan Otonomya. Akibatnya banyak generasi muda NU yang tak mampu mempertahankan Fikroh Nahdliyah, bahkan berubah menjadi radikal atau liberal.
“Astranawa Institute itu bukan untuk menandingi Banom NU tapi justru menjadi wadah bagi NU kultural yang belum terwadahi. Perkumpulan ini juga tidak ada unsur politik dan tak terkontaminasi kepentingan apapun karena semata-mata ingin memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi NU khususnya dalam hal sosial keagamaan, hukum, pemberdayaan ekonomi maupun politik pemerintahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pembina Astranawa Institute, Drs H Choirul Anam hanya berpesan bahwa dalam deklarasi Astranawa Intitute ini dirinya hanya membait dua calon pemimpin masa depan dari kader NU kultural yang tergabung dalam wadah perkumpulan Astranawa Intitute.
“Kedua calon pemimpin masa depan itu adalah Gus Firjaun dan Gus Sadad (Anwar Sadad). Mudah-mudahan institusi ini ke depan bisa bermanfaat bagi NU,” jelas Cak Anam sapaan akrab Choirul Anam.
Usai deklarasi, Direktur Astranawa Institute Gus Firjaun memotong tumpen dan diberikan kepada ketua pembina Astranawa Institute Cak Anam dilanjutkan makan bersama seluruh pengurus dan awak media yang menghadiri deklarasi Astranawa Institute. [Cty]

Tags: