Aswaja Gelar Simposium Kebangsaan dan Refleksi Ulama Korban PKI

Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf. Rudianto dan beberapa ulama saat menggelar Simposium kebangsaan dan refleksi perjuangan ulama korban PKI, di Fakultas Hukum Unej, Sabtu (30/9)

Kab.Jember, Bhirawa
Aswaja Nahdatul Ulama gelar Simposium kebangsaan dan refleksi perjuangan ulama korban PKI di Fakultas Hukum Universitas Jember, Sabtu (30/9). Hadir dalam acara tersebut Ketua MUI Jember Prof Halim Subahar, Dandim 0824 Jember Letkol. Inf. Rudianto,  Wakil Ketua PCNU KH Misbahul Salam , Dosen Fakultas Hukum Adam Muhshi, M.H, KH Lutfi Ahmad Pengasuh Ponpes Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah.
KH Misbahul Salam Wakil Ketua PCNU Jember dalam sambutannya mengatakan, korban keganasan PKI tidak hanya militer tetapi banyak sekali ulama yang juga menjadi korban kekejamannya.” Nanti akan kita ikuti testimony KH Lutfi Ahmad sebagai saksi hidup karena Bapak serta Pamannya menjadi korban kekejaman PKI,” ujarnya.
Sementara KH Lutfi Ahmad dalam testimony mengatakan, bahwa keganasan PKI telah merenggut orang tuanya KH. Ahmad Syaif dan pamannya KH.Ali Hasan. “Bermula dari rencana Presiden Soekarno yang akan mengadakan rekonsiliasi dengan melibatkan  PKI, yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan ulama. Paman saya (KH Ali Hasan) yang menjadi salah satu diplomat, banyak dititipi masukan dari para ulama untuk disampaikan kepada Presiden Soekarno. Namun dalam perjalan ke Junada, sang paman dihadang oleh PKI, paman saya ditembak di tempat dan ayahanda KH.Ahmad Syaif di siksa dan ditahan, dokumen yang dibawanya di rampas,” kenangnya.
Usai testimony, acara dilanjutkan diskusi terkait dengan faham komunis yang mulai bangkit dan cara menyikapinya. Karena sudah banyak kekejaman komunis yang banyak menelan korban jiwa dari kalangan ulama.” Kekejaman komunis baik pada tahun 1948 maupun pada tahun 1965, banyak menelan korban jiwa utamanya dari kalangan ulama. sehingga faham komunis jangan  diberi kesempatan berkembang di Indonesia aplagi menggantikan Pancasila sebagai idiologe negara kita,” ujar KH. Lutfi Ahmad.
Sementara, Dandim 0824 Jember Letkol Inf Rudianto mengatakan bahwa sudah jelas  PKI itu dilarang di Indonesia, sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi. “Bagaimana cara kita menggersangkan, kita cerdaskan generasi bangsa, yang Kyai kita asuh santri-santri kita dengan baik dan cerdas, kita berikan pemahaman tentang Pancasila sebagai satu-satunya idiologi negara kita melalui berbagai kegiatan contohnya nonton bareng film G 30 S /PKI ini dan lain-lain Sehingga faham komunis maupun faham lainnya tidak sempat tumbuh di Bumi Indonesia ini,” tegasnya.
Usai simposium, jajaran Forpimda menggelar nonton bareng (Nobar) film penghianatan G30S/PKI di alon-alon Jember, Sabtu (30/9) malam.” Saya berharap masyarakat menyimaknya dan tidak membenci siapa-siapa, tetapi kita harus mematikan komunis apabila akan berkembang kembali. Jadi kita sepakat bahwa musuh kita adalah faham komunis yang ingin menggantikan idiologi Pancasila, sebagai satu-satunya idiologi Bangsa yang harus dipertahankan,” tandasnya pula.(efi)

Tags: