Asyiknya Njlimet Membuat Aksesoris Wanita

Kabid UMKM Diskop dan UMKM Jatim Achmad Basuki bersama Ketua IIKB PTPN X Nastiti Subiyono melihat produk aksesoris manik-manik yang dijadikan contoh latihan.

Kabid UMKM Diskop dan UMKM Jatim Achmad Basuki bersama Ketua IIKB PTPN X Nastiti Subiyono melihat produk aksesoris manik-manik yang dijadikan contoh latihan.

Surabaya, Bhirawa
Wanita, selalu identik dengan perhiasan dan berbagai aksesoris untuk mempercantik penampilan diri. Tidak ada kata tua atau muda, semua wanita ingin tampil cantik dan menarik. Barang kali itu yang menjadi alasan, produk aksesoris wanita tak ada matinya di pasaran.
Potensi itu tampaknya juga dibaca oleh Dinas Koperasi dan UMKM Jatim dalam mengupayakan lahirnya wira usaha – wira usaha baru. Aksesoris yang dibuat dengan kerajinan tangan memang bukan pekerjaan mudah. Selain njlimet, butuh ketelitian tinggi dan kesabaran ekstra untuk merangkai berbagai bahan yang dibutuhkan dalam membuatnya.
Seperti pengalaman pertama membuat manik-manik yang dialami Yusiningsih. Dia adalah anggota Ikatan Istri Keluarga Besar (IIKB) PTPN X, yang kini suaminya bekerja di Pabrik Gula Merican, Kediri. Baru melihat sebagian perkakas di hadapannya, dia langsung berkomentar jika pekerjaan membuat manik-manik ini akan susah. “Ini pasti njlimet banget. Tapi kita ini perempuan, sudah terbiasa dengan urusan rumah tangga yang njlimet. Jadi sudah terlatih,” katanya sambil bercanda saat ditemui di Auditorium Dinkop dan UMKM Jatim, Rabu (29/10).
Tanpa banyak cas-cis-cus, sejumlah alat yang sudah tersedia langsung diraih Yusningsih. Ada tiga jenis tang yang dia gunakan, tang potong, tang cucut dan tang pelintir. Selain itu, ada pula kawat dan manik-manik yang siap dirangkai untuk menjadi aksesoris. “Mau buat bros untuk kerudung,” tutur dia sambil kembali njlimet.
Ketua IIKB PTPN X Nastiti Subiyono mengatakan, langkah yang dilakukan Dinkop dan UMKM Jatim untuk melahirkan wira usaha baru sudah sangat tepat. Bahkan selaras dengan misi IIKB PTPN X yang juga sedang fokus di sektor industri kreatif dalam membina anggotanya. “Kita ingin para anggota ini dapat membantu ekonomi keluarga tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai istri. Tetap di rumah, tetapi punya penghasilan,” kata dia.
Tawaran kerjasama yang diberikan Dinkop dan UMKM Jatim menurut Nastiti sangat menjanjikan. Tidak hanya untuk melatih anggota menjadi kreatif, tetapi juga ada tindak lanjut yang jelas. “Kita senang sekali dapat membangun kerjasama ini. Orientasinya jelas, tidak hanya sesaat saja terus kelar,” tutur dia.
Kabid UMKM Dinkop dan UMKM Jatim Achmad Basuki menegaskan, pelatihan ini hanya dilakukan secara singkat. Namun demikian, bukan berarti sepulang dari pelatihan ini semua sudah selesai dan hilang. Kerjasama yang sudah di bangun tersebut, kata dia akan terus dilakukan tindak lanjut. Bahkan jika ada anggota yang membutuhkan konsultan untuk mendirikan usaha baru, pihaknya pun siap memfasilitasi.
Tidak hanya itu, Basuki juga membeber segala fasilitas yang dapat diakses oleh wira usaha baru. Diantaranya pengurusan badan hukum dan hak merek secara gratis. “Kalau ibu-ibu mau buat badan hukum dan hak merek akan kita fasilitasi, Gratis,” tegasnya.
Dua hal tersebut, menurut Basuki sangat penting untuk memasarkan produk. Khususnya saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai. “Tidak ada produk yang tidak bermerek dan berbadan hukum. Karena itu, mulai saat ini kita juga gencar memfasilitasi pelaku UMKM memenuhi dua hal itu,” tutur Basuki.
Basuki menambahkan, eksistensi UMKM di Jatim sangat penting. Bahkan dalam mendukung PDRB Jatim yang tahun lalu mencapai Rp1.136 triliun, 54,8 persen adalah dari sektor UMKM dan koperasi. Jika diuangkan, dukungan UMKM dan koperasi ini dapat mencapai Rp776 triliun. “Sayangnya baru empat persen penduduk kita yang menjadi pelaku UMKM. Padahal idealnya itu tujuh persen. Karena itu, kita ingin terus berusaha melairkan wira usaha baru, khususnya di Jatim ini,” pungkas dia. [tam]

Tags: