Atap SDN Gunggungan Lor Ambruk

Siswa SDN Gunggungan Lor belajar di tenda darurat. [wiwit agus pribadi]

Para Siswa Belajar di Tenda Darurat
Probolinggo, Bhirawa
Siswa SDN Gunggungan Lor, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo terpaksa belajar di tenda darurat. Sebab, atap sekolah mereka ambruk. Tenda darurat itu merupakan bantuan dari BPBD setempat agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap berjalan. Atap yang ambruk ruang kelas lima dan enam.
Atap dua kelas itu ambruk setelah diguyur hujan dalam sepekan terakhir. Selain itu, dinding di dua ruang kelas itu juga mengalami keretakan. Siswa SDN Gunggungan Lor terpaksa belajar di tenda darurat. Seperti disampaikan Laudia Ananda Putri, siswi kelas 6.
Menurut Laudia, suasana belajar tak nyaman, saat hujan turun KBM terpaksa dihentikan. Sebab, khawatir buku pelajaran menjadi basah terkena air hujan. ”Kalau belajar di dalam tenda panas rasanya, tapi kalo belajar di ruangan sekolah takut juga. Nanti malah ambruk,” ujarnya.
Kepala Sekolah SDN Gunggungan Lor, Adri, Minggu (12/1) mengatakan, gedung SD itu merupakan bangunan tahun 1982 yang baru direhab pada 2013. Menurutnya, tak hanya dua ruangan itu, kondisi bangunan lainnya juga mengkhawatirkan.
“Dilihat saja, dindingnya sudah banyak yang retak. Gentengnya juga bergelombang. Harapan kami semoga segera diperbaiki, agar KBM kembali normal,” terangnya.
Kondisi SDN Gunggungan Lor, dan TK Pertiwi Kotaanyar, mendapat sorotan dari Pimpinan DPRD Kabupaten Probolinggo. Dewan pun mendesak Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat, mendata seluruh gedung sekolah agar tidak sampai ambruk dan ada korban jiwa.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, Lukman Hakim mengatakan, pimpinan dewan bersama Komisi D akan memanggil Dispendik. Untuk meminta data sekolah di seluruh Kabupaten Probolinggo. Kemudian memetakan sekolah yang kurang layak agar segera diperbaiki atau rehabilitasi.
“Diknas harus melakukan investigasi terhadap sekolah yang tak layak. Tidak layak itu, dalam artian tidak sampai jatuh duluan. Jangan sampai ambruk, apalagi menimpa siswa dan guru, ada korban jiwa,” kata Lukman.
Dewan dan Dispendik, menurut Lukman, sebenarnya sudah ada data terkait sekolah yang tidak layak. Namun, mengingat kini musim hujan dan angin kencang, maka data itu perlu diperbaharui. ”Sudah dipertajam lagi. Mengingat cuaca yang tidak bersahabat lagi,” kata politisi dari PKB itu.
Lukman mendesak Dispendik agar segera melakukan rehabilitasi di SDN Gunggungan Lor. Agar siswanya tidak terlalu lama belajar di tenda darurat yang didirikan oleh BPBD setempat. Kelamaan belajar di dalam tenda akan mempengaruhi psikologis siswa dalam menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru.
Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari menyebut, kerusakan infrastruktur sekolah merupakan hal yang wajar. Sebab sekitar 98% infrastruktur sekolah di Kabupaten Probolinggo merupakan proyek Zaman Dulu (Jadul).
“Menilik infrastruktur yang lalu mengalami kerusakan, ini adalah hal yang wajar. Karena infrastruktur yang ada hampir 98% merupakan infrastruktur yang sudah Jadul. Inpres tahun gak enak dan jumlahnya banyak,” ujar Bupati.
Terhadap Sekolah Inpres (Instruksi Presiden) dibangun pada dekade 70-an itu, Pemkab Probolinggo melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) telah melakukan sejumlah rehabilitasi kelas. Namun, tak semuanya tercukupi karena terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah daerah. ”Ada anggaran yang disisihkan, tetapi karena volumenya banyak, kami hanya mennyicil,” lanjut Tantri.
Namun yang paling ditekankan Tantri, Dinas Pendidikan harus menginventarisir seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo. Lembaga-lembaga pendidikan yang gedungnya sangat mengkhawatirkan, segera mencatat dan melaporkan, agar tidak terjadi kerugian material maupun korban jiwa. [wap]

Rate this article!
Tags: