Atasi PMK di Jatim, FKH Unair Surabaya Bentuk Tim Khusus

Penyemprotan cairan disinfektan di kandang sapi milik Mohammad Choirul Amin di Desa Kepuh Kembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Rabu (11/05). [arif yulianto/bhirawa].

Surabaya, Bhirawa
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair) tangani wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak di Jawa Timur. Dekan FKH Unair, Prof Dr Mirni Lamid Drh MP mengungkapkan, pihaknya telah membentuk tim khusus untuk membantu mengatasi dan menangani wabah PMK di Jawa Timur.
Prof Mirni Lamid menegasnya, telah membentuk tim pengabdian masyarakat untuk membantu penanganan wabah PMK di lapangan. Tim pengabdian masyarakat tersebut akan mulai diterjunkan pada Sabtu (14/5) lusa di dua kabupaten yang terserang wabah PMK.
“Sabtu (14/5) besok, kami sudah membentuk tim pengabdian masyarakat yang kami bagi dua di dua kabupaten yang akan terjun bersama – sama,” terangnya dalam Dialog interaktif secara Daring yang juga mengundang dinas peternakan dan peternak di beberapa daerah yang terdampak wabah, Rabu (11/5)
Pada kesempatan itu, Prof Mirni adanya dialog interaktif ini dimaksudkan untuk mencari tahu terkait wabah PMK yang menjangkit hewan ternak.
“Ini bisa didiskusikan secara menyeluruh dengan pemahaman, edukasi, terutama juga edukasi pada para dokter hewan, karena kita tahu dokter-dokter hewan di beberapa kabupaten ini banyak yang muda – muda juga,” tuturnya.
Ketua tim khusus PMK FKH Unair Prof Dr Fedik Abdul Rantam drh mengatakan agar masyarakat tidak panik berlebihan dalam menghadapi PMK. Ia mengungkapkan bahwa sapi atau hewan ternak yang terjangkit PMK dapat disembuhkan apabila treatment dilakukan dengan baik.
Selain itu, Prof Fedik menuturkan, untuk mencegah penyebaran virus dapat dilakukan penyemprotan lantai dan dinding kandang dengan desinfektan.
“Penyemprotan untuk kaki ini juga bisa dengan KMnO4, ini bisa efektif sekali. Selain itu juga mulutnya bisa dicuci dengan NaCl 1 persen atau 2 persen itu bisa bersih dan bisa mempercepat penyembuhan sapi,” jelasnya.
Disinfeksi dapat dilakukan secara efektif pada pagi dan sore. Dengan ketentuan bahan yang dapat dipertimbangkan. Selain itu, ada beberapa bagian tubuh sapi yang harus dibersihkan.
“Untuk Alas dapat menggunakan kaporit, namun Karena efeknya oksidator biasanya untuk alas. Pada bagian dinding bisa menggunakan formaldehaide 1 persen dengan volume rendah. Sedangkan pada aliran air dapat menggunakan Chloride,” katanya.
Lebih lanjut, penyemprotan dengan KMNO4 dapat dilakukan pada kaki sapi, sedangkan mulut sapi yang mengalami luka dapat dicuci menggunakan NaCl 1-2 persen.

Buat Desinfektan Mandiri
Prof Fendik menjelaskan, peternak bisa membuat desinfektan secara mandiri. Terutama bagi peternak di daerah yang tidak mendapat disinfektan komersial.
“Peternak bisa membuat sendiri dengan cukup efektif. Dengan pendekatan virologi, salah satunya menggunakan kaporit dengan suspensi 10%, lalu diencerkan menjadi 2% supaya lebih mild (ringan),” terangnya.
Selain itu, penggunaan disinfeksi dosis rendah akan menarget virus secara langsung. Ia menegaskan pemberian kaporit tidak berefek buruk bagi hewan, namun kalo terlalu tinggi kadarnya menjadi oksidator sehingga alat (berbahan besi) menjadi berkarat.
Prof Fedik berpesan agar peternak untuk tidak panik. Sapi bisa sembuh dengan perawatan, disinfeksi kandang, dan pemberian vitamin juga perlu diberikan agar sapi cepat sembuh. [ina.fen]

Tags: