Aura Sedudo Yang Tidak Terkikis Jaman

Bupati Novi Rahman Hidayat dan Wabup Marhaen Djumadi bersama para penari cantik mandi dibawah air terjun Sedudo usai acara prosesi siraman.(ist)

Nganjuk, Bhirawa
Rerupa sesaji, kepulan asap dupa dan deretan putri berparas ayu mengiringi ritual siraman di Air Terjun Sedudo setiap bulan Muharam atau Sura. Ribuan warga bahkan turis mancanegara mandi dan berebut gunungan buah yang disiapkan oleh Pemkab Nganjuk usai ritual.
Ritual siraman tahun ini diadakan tepat tanggal 15 Muharam. Prosesi ritual siraman dimulai dengan tradisi penyerahan guci untuk mengambil udara suci di air terjun. Guci yang semula dibawa oleh para penari lantas diberikan kepada tujuh gadis dan tujuh jejaka.
Diiringi cucuk lampah dan sesepuh desa, para gadis dan jejaka itu lantas masuk ke kolam Air Terjun Sedudo. Mereka mengambil air suci tepat di bawah air terjun sedudo untuk disimpan di Makam Mbah Ngliman.
Setelah ritual pengambilan air, Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat bersama Wabup Marhaen Djumadi dan pejabat forpimda menabur bunga tujuh rupa di lokasi air terjun. Beberapa saat kemudian, mereka terjun ke kolam untuk mandi bersama sebagai wujud rasa syukur. Ritual ditutup dengan rebutan gunungan buah dan hasil bumi.
Ribuan warga yang semula berada di samping kanan dan kiri air terjun langsung menyerbu sembilan gunungan buah setinggi sekitar tiga meter. Gunungan itu berasal dari jumlah desa di Kecamatan Sawahan.
“Semoga ritual siraman tahun ini bisa menjadi berkah untuk semuanya, termasuk kehipuan ekonomi warga sekitar Sedudo,” ujar Bupati Novi Rahman
Ritual siraman di Air Terjun Sedudo merupakan agenda tahunan Pemkab Nganjuk. Selain untuk melestarikan budaya yang sudah dilaksanakan secara turun temurun itu, sekaligus untuk menarik minat wisatawan.
Air Terun Sedudo, dikatakan Bupati Novi Rahman, adalah ikon wisata di Kabupaten Nganjuk. Selain itu, Bupati Novi Rahman akan terus melakukan pembenahan agar kawasan wisata di ujung selatan Nganjuk itu bisa menarik lebih banyak wisatawan lagi.
“Ritual siraman jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” kata Mas Novi sapaan akrab Bupati Novi Rahman Hidayat.
Apalagi, masyarakat setempat secara turun-temurun melestarikan mitos mandi di air terjun Sedudo yang bisa membuat awet muda tetap bertahan hingga kini. Gempuran globalisasi yang membuat sebagian manusia harus berpikir logis tak mampu melunturkan mitos tersebut.
Di masa kerajaan Majapahit, air terjun Sedudo digunakan sebagai tempat ritual keagamaan. Salah satunya adalah memandikan arca atau senjata pusaka dalam upacara Parna Prahista yang kemudian sisa airnya dipercikkan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan.
Kemudian pada masa awal penyebaran agama Islam, kawasan ini merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman yang merupakan tokoh sentral dalam penyebaran agama islam di Kabupaten Nganjuk.
“Sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman, secara spiritual mempengaruhi kepercayaan masyarakat sekitar kalau Sedudo penuh berkah, penuh aura mistis, junjung drajad dan awet muda,” jelas Mas Novi.
Data geografis menyebutkan air terjun Sedudo berada di ketinggian 1.438 meter di atas permukaan laut (dpl) di sisi timur kawasan Gunung Wilis dengan ketinggian air terjun sekira 105 meter. Lokasinya di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Selain menyajikan keindahan, destinasi wisata unggulan ini selalu lekat dengan kisah-kisah mistis.
Pada waktu-waktu tertentu ribuan masyarakat datang ke lokasi ini sekadar untuk berwisata atau melakukan ritual khusus. Pada 1 Muharram atau yang dikenal dengan malam 1 Suro tempat ini selalu ramai dipadati para pengunjung.(Adv.Ris]

Rate this article!
Tags: