Awal 2016, Infrastruktur Akan Serap Ratusan Ribu Tenaga Kerja

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jakarta, Bhirawa
Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kemenaker Sugiarto Sumas optimistis mulai Februari 2016 penyerapan tenaga kerja akan meningkat. Pasalnya, belanja pemerintah pada kuartal IV di ujung 2015 juga meningkat signifikan. Laporan Kementerian Keuangan, anggaran belanja pemerintah pusat pada 2015 sebesar Rp 1.392 triliun, dari jumlah itu Rp 290 triliun untuk infrastruktur. Sektor ini akan menyerap langsung 270.831 orang tenaga kerja, di mana karena efek multiplier maka secara keseluruhan akan tercipta tenaga kerja baru sebanyak 563.328 orang.
“Masuknya investasi belakangan ini berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Bukan hanya pada sektor yang bersangkutan, tetapi juga ke sektor-sektor lain yang terkait karena efek multiplier,” jelas Sugiarto dalam keterangan pers di kantornya, Senin (9/11). Ikut mendampingi dua pakar ekonomi & ketenagakerjaan dari UGM Prof Mudrajad Kuncoro dan dari IPB Prof Firdaus.
Lebih jauh Sugiarto menjelaskan berdasarkan simulasi menggunakan tabel input output, multiplier tenaga kerja di Indonesia rata-rata sebesar 1,98. Artinya, jika ada penyerapan tenaga kerja di sektor tertentu sebanyak 1 orang, maka secara total akan menambah tenaga kerja di seluruh sektor sebesar 1,98 kali lipat. Dengan demikian diperkirakan pada kuartal IV, penyerapan tenaga kerja akan mencapai 740.000 orang.
Diakuinya, perekonomian Indonesia hingga kuartal III 2015, masih mengalami tekanan dan perlambatan. Era globalisasi ekonomi yang tidak bisa dibendung pada akhirnya memberikan pengaruh besar dalam perlambatan ekonomi global. Antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, pengetatan kebijakan moneter di AS dan kemerosotan nilai rupiah terhadap dollar AS.
“Dibutuhkan kerja keras untuk menahan efek negatif dari pengaruh global ini. Terutama dalam mempertahankan kewajaran nilai tukar rupiah dan menurunkan jumlah pengangguran,” papar Sugiarto.
Dikatakannya, saat ini perfoma industri sedang mengalami penurunan, antara lain dapat dilihat dari penurunan ekspor. Namun masih diikuti oleh penurunan impor, sehingga neraca perdagangan masih positif. Artinya pemerintah masih bisa mempertahankan devisa dan perusahaan masih dapat memperoleh profit.
Dijelaskannya dari sisi investasi, secara umum kawasan Asia Pasifik merupakan satu-satunya wilayah yang investasinya naik. Pada 2015 investasi naik 9,2%, dimana Indonesia mndapat porsi nilai investasi tertinggi di ASEAN, yaitu 31%. Dari laporan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), hingga kuartal III 2015, total realisasi investasi yang masuk Indonesia Rp 400 triliun atau naik 16,7% dibanding kuartal IIIĀ  2014. Nilai ini sudah mencapai 77% nilai target investasi 2015. [Ira]

Tags: