Awalnya Dipandang Sebelah Mata, Sekarang Jadi Pusat Kunjungan Wisatawan

Salah satu turis asing bermain dengan anak-anak di Desa Wisata Lombok Kulon. Menawarkan panorama pedesaan alami dan pertanian organik, desa ini kini makin populer di kalangan wisatawan.

Salah satu turis asing bermain dengan anak-anak di Desa Wisata Lombok Kulon. Menawarkan panorama pedesaan alami dan pertanian organik, desa ini kini makin populer di kalangan wisatawan.

Bondowoso, Bhirawa
Desa Wisata Lombok Kulon awalnya diremehkan oleh sebagian kalangan. Bahkan Ketua Pokja Pengelola  yang menjadi inisiator pengembangan desa tersebut yaitu Baydowi (38) dianggap sebagai  ‘orang gila.  Dalam pandangan sebagian kalangan untuk menciptakan desa wisata harus memiliki fasilitas yang lengkap hingga penginapan mewah.
Tapi itu tidak berlaku pada Desa Wisata Lombok Kulon di Kecamatan Wonosari ini. Desa ini justru tenar karena menjual panorama alam pedesaan yang asri. Dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di desa itu, termasuk program pertanian organik sayur mayurnya, Baydowi mempu menyulap kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup menarik. Bahkan saat ini Desa Wisata Lombok Kulon  menjadi salah satu tujuan kunjungan bagi wisatawan lokal, hingga manca negara.
Mencari Desa Wisata Lombok Kulon  tidaklah sulit. Dari pasar Kecamatan Wonosari sekitar 15 kilometer ke arah Selatan. Setelah masuk Desa Lombok Kulon langsung saja tanya nama Baydowi.
Ditemui Bhirawa di sela menemui tamunya, Rabu (14/1) kemarin, Baydowi mengungkapan jika dulunya desa kecintaannya tersebut tidak begitu banyak dilirik orang. Bahkan kerap dipandang sebelah mata. Namun saat ini berkat perjuangan timnya beberapa fasilitas sudah dimiliki di antaranya fasilitas jalan-jalan dengan sepeda ontel, river tubing, kolam ikan, homestay hingga pusat pertanian organik. Ada juga klinik organik yang merupakan pusat konsultasi para petani organik.
“Dulunya saya dianggap orang gila. Bahkan mertua saya bilang dari pada membangun saluran atau kolam lebih baik saya membangun rumah saya sendiri,” kata Baydowi mengenang cemoohan sebagian orang dan ucapan mertuanya sekitar dua tahun lalu.
Namun itu semua justru menjadi pemacu semangat Baydowi.  Dengan tidak bosan-bosannya dia terus meyakinkan berbagai pihak khususnya Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui Bupati Amin Said Husni, serta membangun jaringan dengan beberapa kalangan agar  mendapat dukungan penuh untuk mendirikan desa wisata.
“Awalnya kita harus swadaya untuk membuat beberapa fasilitas ini, kuncinya adalah keterbukaan sehingga semua meyakini kalau kita serius dan hasilnya sampeyan bisa lihat sekarang”, katanya.
Baydowi mengaku sangat bangga dengan hasil kerjanya karena berdasar data buku tamu yang dimiliki, selain dihadiri ribuan wisatawan lokal, berdasar data terakhir per Desember 2014 sudah ada 15 kali wisatawan asing berkunjung ke desanya. Mereka ada yang dari Amerika, Perancis, Inggris, Belanda dan lainnya.
“Semua itu tentu tak lepas dari dukungan Bupati Bondowoso yang membangun beberapa infrastruktur pendukung seperti jalan dan lainnya yang memudahkan wisatawan mengakses desa saya,” katanya.
Baydowi juga mengungkapkan jika dalam data yang dimilikinya banyak daerah melakukan studi banding ke desanya. Di antaranya Dinas Pariwisata Kota Malang, beberapa desa wisata dari daerah lain. Bahkan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dari Jakarta pernah melaksanakan kegiatan khusus di desa tersebut.
“Kita saat ini menjadi langganan kegiatan beberapa instansi yang waktunya harus kita atur, karena padatnya permintaan, baik dari kalangan Pemda, sekolah dan lembaga swasta lainnya,” katanya.
Baydowi sangat bangga dengan apa yang dilakukannya, karena memiliki dampak ekonomi langsung pada masyarakat sekitar. Di antaranya dengan menyediakan sayuran organik, masyarakat setempat bisa menjualnya pada wisatawan. Bahkan saat ini anak-anak kecil sudah banyak yang bisa berbahasa Inggris untuk menyambut tamu yang dibina langsung oleh Dinas Pariwisata Bondowoso.
Salah satu pengunjung dari Jember, Chuk S Widarsa (39) yang saat itu menikmati fasilitas river tubing (kegiatan meluncur bebas di aliran sungai dengan menggunakan sebuah ban) mengaku cukup puas menikmasi fasilitas alami yang dimiliki Desa Wisata Lombok Kulon.  Apalagi selain masyarakatnya ramah, fasilitas peralatan juga cukup lengkap. Jika akan mengadakan rapat juga ada aula kecil yang cukup untuk menampung peserta.
“Saya cukup puas di sini mas, tentu saya merencanakan kegiatan yang lebih besar lain kali bersama teman-teman saya,” kata aktivis Pecinta Alam dari Jember tersebut. [sam]

Tags: