Awalnya Ingin Berbagi, Akhirnya Jadi Tradisi

Ratusan masyarakat di halaman Masjid Muhdlor Jl. Pemuda Tuban saat berebut bubur muhdlor, setiap hari selama bulan suci ramadahan. (khoirul huda/bhirawa)

Ratusan masyarakat di halaman Masjid Muhdlor Jl. Pemuda Tuban saat berebut bubur Muhdlor, setiap hari selama bulan suci Ramadan. (khoirul huda/bhirawa)

Tuban, Bhirawa.
Meski harus berdesak-desakan dan berangkat lebih awal untuk mendapatkan takjil gratis, Nurhadi Warga Kelurahan Sidorejo Kecamatan Tuban bersama ratusan warga dari wilayah lain rela menunggu beberapa jam di halaman masjid, untuk mendapatkan Bubur Muhdhor.
Untuk masyarakat Tuban, keberadan bubur Muhdhor tidak asing lagi bagi mereka. Bubur khas masakan warga keturunan Arab ini bisa didapat hanya pada bulan Ramadan seperti saat ini saya. Tak ayal banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk mendapatkan takjil gratis tersebut.
“Ya asyik saja, apalagi hanya bisa didapat setahun sekali, sekalian itu juga rasa dari bubur muhdlor berbeda dengan bubur pada umum-nya,” Kata Nurhadi, kemarin.
Selain bisa didapat secara gratis, bubur Muhdlor juga diyakini oleh warga, pasalnya resep yang dipakai oleh pengurus masjid dalam mengolah bubur selain santan, garam serta bumbu ramuan khusus masyarakat keturunan Arab. Dan bumbu khusus ini dibuat dari rempah-rempah yang diolah bersama daging kambing.
“Kan banyak vitamin yang terkandung didalam bubur Muhdlor, apalagi resepnya ada rempah-rempah khas arab dan daging kambing. Jadi setelah kita mendapat bubur, kita bawa pulang untuk buka bersama keluarga,” Terang Nurhadi.
Kenapa bubur tersebut diberinama bubur Muhdlor? Karena tradisi bagi-bagi takjil bubur bertempat di Masjid Muhdhor yang terletak di Jl.Pemuda, Kabupaten Tuban juga tradisi tersebut sudah berjalan sejak tahun 1937.
Sejumlah takmir masjid saat dikonfirmasi Bhirawa menceritakan, Bubur yang diberi nama Muhdhor sesuai nama masjid ini dimasak sendiri oleh pengurus masjid pada siang hari. Mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian beras yang direbus dalam kuwali besar yang terbuat dari kuningan.
“Bahan dasarnya ya beras, memang ada bumbu khusus, prinsipnya ada kebersamaan warga keturunan, dan masyarakat sekitar Kelurahan Kutorejo ini, khusus masyarakat keturunan Arab. Bumbu khusus ini dibuat dari rempah-rempah yang diolah bersama daging kambing, dan itu yang membuat aroma bubur semakin mengoda,” Kata Ustadz Agil Bunumay, Takmir Masjid Muhdhor.
Diceritakn pula, awalnya warga keturunan arab yang berdiam disini bersepakat untuk memberi takjil bagi warga sekitar yang tidak mampu. Kebiasan bagi-bagi takjil bubur di masjid Muhdhor ini kemudian menjadi tradisi turun temurun yang dikenal dengan tradisi bubur Muhdhor.
“Bagi-bagi bubur gratis ini dilakukan setiap hari selama bulan ramadan, setiap orang yang datang diperbolehkan ikut mengantre, prinsipnya bagi siapa saja yang mau,” Terang Ustadz Agil Bunumay. (hud]

Tags: