Awalnya Membenci, Kini Membawa Prestasi

Naysha Mutia Zahira

Naysha Mutia Zahira
Rasa bangga dan tidak percaya saat ini sedang menghampiri diri Naysha Mutia Zahira. Siswi kelas 4 Sekolah Dasar Muhammadiyah 18 Surabaya ini sukses menduduki peringkat tiga dalam International Mathematic Competition tingkat Asia yang berlangsung beberapa waktu lalu di Singapura. Naysha sapaan karibnya harus bersaing dengan 14 negara kawasan Asia.
Seperti Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, Malaysia, Autralia, China Taipe, China Hong Kong, Vietnam, Filiphina, Myanmar, Sri Lanka, Tajikistan dan India.
Bagi Naysha, mengikuti olimpiade bergengsi tingkat Asia bukanlah sebuah hal yang mudah. Terlebih hal itu baru ia siapkan terhitung sejak bulan Juni. Di samping itu, ia mengatakan jika kejuaraan olimpiade matematika tingkat Asia ini baru kali pertamanya diikuti.
“Nggak nyangka. Ini pertama kalinya ikut. Ternyata Alhamdulillah berhasil meskipun belum mendapat medali emas tapi, usaha belajar ku nggak sia-sia,” ungkap siswa kelahiran Madiun, 6 Februari 2008
Diakui Naysha, hasil peringkat ini jauh diluar dugaannya. Siswa yang menargetkan medali emas pada kejuaraan olimpiade matematika tingkat Asia ini harus berpuas diri setelah pesaingnya yang juga berasal dari Indonesia menggugurkan harapannya. Namun, itu bukanlah menjadi masalah besar bagi Naysha, justru hal itu menjadi kesempatan untuk dia dalam menunjukkan kualitas dirinya.
“In sha Allah kalau tahun depan ada lagi lomba yang sama, pingin ikut lagi. Abi sama Umik juga sudah mendukung. Naysha juga masih penasaran sama soal-soalnya. Jadi ketagihan lagi ikut olimpiade matematika,” beber putri sulung Ari Setyawan dan Mia Ni’amatul Muyasaroh ini.
Dibalik kesuksesan nya dalam menyabet medali perunggu untuk pertamakalinya dalam olimpiade matematika di tingkat Asia, siapa sangka siswa berusia 10 tahun ini sebelumnya sempat membenci matematika.
Ia menceritakan, jika sejak duduk di bangku kelas satu SD tidak pernah tertarik untuk membahas matematika. Bahkan dalam belajar pun, Naysha terbilang biasa saja dan cenderung moody. Meskipun tidak begitu menyukai matematika waktu itu, nilainya masih tergolong tinggi, yaitu rata-rata 90 dan 92.
“Dulu saya tidak suka matematika karena sulit. Nilai saya juga rendah untuk mata pelajaran matematika. Kadang dapat 90, 92. Tapi mulai kelas tiga diikutkan ustad-ustadzah Klinik Pendidikan Mipa (KPM) di sekolah, jadi mulai suka. Nilai saya juga naik. Kadang dapat 100 dan 98,” ujar juara kelas sejak kelas satu ini.
Suksesnya Naysha di kejuaraan matematika International, mencatat sejarah bagi SD Muhammadiyah 18 Surabaya, di mana sejak sekolah ini berdiri yaitu 48 tahun yang lalu, pihaknya mampu menorehkan hasil gemilang di tingkat International, khususnya pada olimpiade matematika. [ina]

Tags: