Awas Banjir dan Longsor

Foto Ilustrasi

Siapa tak miris dengan banjir dan longsor, yang dapat menyergap setiap saat. Bisa menyebabkan puluhan korban jiwa. Di Ponorogo (Jawa Timur), akhir musim hujan (awal April 2017), longsor merenggut 60 korban jiwa. Kini banjir semakin kerap menggenangi pemukiman dan areal ladang. Padahal musim hujan baru dimulai selama tiga pekan. Musim hujan masih akan berlanjut kira-kira sampai 24 pekan lagi. Banjir dan longsor sudah terjadi di berbagaidaerah.
Bencana banjir bandang dan longsor, masih nampak bekasdi Trenggalek. Lebih dari seratus rumah warga hancur (pertengahan Oktober lalu). Kini longsor tetap mengancam pada kawasan “langganan” di lima kecamatan di Trenggalek. Kawasan longsor ini menjadi pusat perhatian BNPB (Badan Nasional Penganggulangan Bencana). Bersama wilayah tetangga, kabupaten Ponorogo, juga daerah pengawasan seksama BNPB (dan BPBD Propinsi, serta BPBD kabupaten dan kota).
Sedangkan “langganan” banjir parah akan tersebar pula di Madura (kabupaten Sampang dan Pamekasan). Semusim hujan (tahun 2016) Sampang lima kali terendam banjir, disergap luapan sungai Kemuning. Begitu pula Pasuruan, di sepanjang aliran sungai Welang, banjir menjadi kronis. Walau tiada hujan, sungai Welang bisa meluap karena rob (air laut meruah).
Manakala sungai Welang meluap, jalan negara trans Jawa Timur ke Bali, biasa macet total. Walau tiada hujan, sungai Welang bisa meluap karena rob (air laut meruah). Manakala sungai Welang meluap, jalan negara trans Jawa Timur ke Bali, biasa macet total. Terutama saat hujan ditambah rob. Banjir dan longsor, bukan sekadar disebabkan topografi daerah. Melainkan juga daya dukung lingkungan makin buruk.
Maka seyogianya, Pemerintah daerah (propinsi, serta kabupaten dan kota) menyusun mapping kebencanaan berdasar kondisi terbaru. Beberapa kawasan kronis banjir, telah memperoleh perbaikan lingkungan. Juga dibangun kanal banjir. Hasilnya cukup baik, mengurangi tingkat keparahan dan sebaran banjir. Antaralain kabupaten Bojonegoro (yang dialiri sungai Bengawan Solo). Tetapi potensi ancaman tidak bisa diabaikan.
Namun terdapat pula “langganan” banjir yang tetap parah, tersebar di Madura (kabupaten Sampang dan Pamekasan). Semusim hujan (tahun 2016) Sampang lima kali terendam banjir, disergap luapan sungai Kemuning. Begitu pula sungai KaliSemajul, di Pamekasan, daerah kota berada di bawah sungai. Padahal pada musim kemarau, Semajul, nampak sangat dangkal.
BNPB mencatat, setidaknyaterdapat315 kabupaten dan kota berada pada zona bahaya. Dampak banjir (tingkat sedang dan parah) selalu mengintai pada musim hujan. Ini meng-akibatkan sekitar 63,7 juta jiwa penduduk berisiko terpapar dampak terendam air. Berdasar mapping kebencanaan, tanah longsor juga mengancam274 kabupaten. Sebanyak 40 juta lebih penduduk berisiko terpapar dampak longsor. Terutama di daerah rawan kawasan perbukitan.
Penyebab longsor, karena kawasan resapan air yang telah ber-alih fungsi. Longsor Ponorogo, misalnya, karena areal perbukitan dijadikan ladang tanaman jahe. Begitu pula di Magetan, ratusan hektar lahan hutan telah nampak gundul.Sedangkan di kabupaten OKU (Sumatera Selatan), terjadi pembakaran dan penebangan hutan makin masif.
UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan status ke-tanggapdarurat-an. Beberapa Pemprop saat ini telah menyatakan kondisi darurat banjir. Di antaranya Jawa Barat dan Bangka-Belitung. Di Jawa, biasanya dilakukan oleh Bupati dan Walikota. Di Jawa Timur, 14 daerah berpotensi terdampak bencana parah.
Hujan yang baru datang, telah menyebabkan korban jiwa di berbagai daerah. Siaga bencana banjir dan longsor, niscaya wajib menegakkan peraturan tata-ruang. Serta memberi pelatihan masyarakat terhadap tanggap ke-bencana-an.

——— 000 ———

Rate this article!
Awas Banjir dan Longsor,5 / 5 ( 1votes )
Tags: