Awas, Narkoba Jenis Uap Mulai Beredar Luas

Penyuluh-BNNP-Jatim-Muhammad-Arifin-saat-menerangkan-bahaya-narkoba-kepada-Forum-Jurnalis-Anti-Narkoba-Fojan-di-Polda-Jatim-Selasa-144.-[abednego/bhirawa].

Penyuluh-BNNP-Jatim-Muhammad-Arifin-saat-menerangkan-bahaya-narkoba-kepada-Forum-Jurnalis-Anti-Narkoba-Fojan-di-Polda-Jatim-Selasa-144.-[abednego/bhirawa].

Surabaya, Bhirawa
Peredaran narkotika kini sudah semakin canggih, yakni memanfaatkan kemajuan tekonologi. Buktinya, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim menemukan peredaran narkotika dengan metode uap.
Penyebaran narkoba jenis uap ini terbilang cukup baru. Dimana uap tersebut dihasilkan dari hasil fermentasi atau penyulingan narkotika jenis sabu maupun jenis lainnya. Dari proses fermentasi ini, nantinya uap itu akan dikemas atau dimasukkan dalam tabung jenis botol.
Penyuluh BNNP Jatim Muhammad Arifin membenarkan, para produsen narkotika memiliki cara baru dalam penyebaran narkoba. Salah satunya dengan metode fermentasi narkoba yang kemudian menghasilkan uap, untuk selanjutnya dikemas dalam botol.
“Narkoba jenis uap ini tergolong aman dan dapat mengelabuhi petugas,” tegas Muhammad Arifin dalam sosialisasi narkoba bersama Forum Jurnalis Anti Narkoba (Fojan) di Polda Jatim, Selasa (14/4).
Dijelaskan Arifin, dikarenakan simpel dan berguna untuk mengelabuhi petugas, narkoba jenis uap ini harganya cukup mahal. Selain uap, lanjut Arifin, peredaran narkoba juga disamarkan lewat lensa mata. Disini pengguna tinggal menyemprotkan cairan yang didalamnya sudah terkandung narkoba, dan selanjutnya disemprotkan ke lensa mata.
“Salah satu kelebihan narkotika jenis lensa mata yakni, pengguna akan merasa kuat menahan rasa kantuk hingga berhari-hari,” katanya.
Menurut Arifin, kedua metode penyebaran narkotika ini terbilang sulit untuk dideteksi. Sebab, lemahnya deteksi di Indonesia dikarenakan alat detektor yang kesulitan mendeteksi bagian tubuh manusia yang masih segar. Dicontohkannya, peredaran narkoba dapat dilakukan dengan menyelipkan dalam bagian intim wanita.
Bahkan, di luar negeri ada yang menggunakan jasad bayi yang masih segar untuk memasukkan sejumlah narkotika dalam bentuk paket. “Para pelaku memanfaatkan kelemahan itu. Di luar negeri dijumpai peredaran narkotika menggunakan mediasi bayi,” urainya.
Tak sampai disitu, penyebaran narkoba juga ditemukan di pondok pesantren (ponpes). Bahkan, penggunanya adalah pengelola di ponpes tersebut. “kejadian ini ditemui di salah satu Ponpes yang ada di kawasan Pasuruan. Bahkan Gus dan Kiai-nya yang memakai,” ungkapnya.
Ditambahkan Arifin, dari data yang ada di BNNP, kondisi di Jatim diantara Provinsi yang lain ada pada posisi sangat memperihatinkan karena memiliki jumlah penyalahguna narkoba terbesar di Indonesia. Bahkan, status Indonesia sekarang ini menjadi status darurat narkoba.
“Apabila ada sanak keluarga ataupun kawan yang kecanduan narkoba, sgeralah dibawah ketempat rehabilitasi narkoba. untuk wilayah Surabaya, difasilitasi sebanyak 500 pecandu yang dapat direhabilitasi,” tandasnya.
Dari data BNN Pusat, di tahun 2014 sebanyak 12.044 warga Indonesia meninggal akibat mengkonsumsi narkoba. BNN pusat juga mendapati sebanyak 4 juta orang atau warga Indonesia yang telah menjadi pecandu atau mengkonsumsi narkoba. Selama tahun 2014 kerugian akibat penyalagunaan narkoba mencapai Rp 63,1 triliun. [bed]

Tags: