Awas, Paham Radikalisme Gunakan Game Online Sebagai Sarana Penyebaran

Deputi-I-BNPT-Mayjen-TNI-Abdul-Rahman-Kadir-dalam-sambutan-dialog-pelibatan-Da’I-pada-pencegahan-radikalisme-dan-terorisme-di-Jatim-Selasa-[24/5].[-Abednego/bhirawa].

Deputi-I-BNPT-Mayjen-TNI-Abdul-Rahman-Kadir-dalam-sambutan-dialog-pelibatan-Da’I-pada-pencegahan-radikalisme-dan-terorisme-di-Jatim-Selasa-[24/5].[-Abednego/bhirawa].

(Libatkan Da’I dan Toga Untuk Pencegahan Radikalisme Terorisme Di Jatim)
Surabaya, Bhirawa
Maraknya situs radikal dan terorisme yang berkembang, membuat pemerintah ekstra ketat dalam membentengi masuknya paham maupun ideologi ekstrimisme di Indonesia. Terlebih kalangan anak-anak dan remaja yang bebas mengkases internet, membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan warning terhadap penyebaran paham radikalisme lewat website dan game online.
Pada dialog yang bertemakan ‘Pelibatan Da’I Dalam Program Islam Damai Untuk Pencegahan Paham Radikal dan Terorisme Di Provinsi Jawa Timur’, Selasa (25/5), BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim menggandeng sejumlah pihak, seperti tokoh agama (toga). Sekitar 200 orang Da’i dan ulama di Jatim diharapkan mendakwahkan pesan damai, demi menanggulangi usia dini yang mengakses paham kekerasan.
Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menjelaskan, penyebaran maupun cara berkomunikasi kelompok radikal lebih cencerung diungkapkan dalam chating pada game online. Tujuannya tiada lain untuk mendoktrin anak-anak dalam pengaruh paham radikalisme. Selain itu, cara berkomunikasi via chating bertujuan untuk mengecoh aparat dalam melacak komunikasi jaringan terorisme.
“Forum chating digunakan untuk penyebaran serta cara berkomunikasi yang aman bagi kelompok teroris. Sebab yang tahu hanya pihak yang menggunakan akses chating itu sendiri,” jelas Rahman, Selasa (25/5).
Untuk masalah agama, lanjut Rahman, saat ini anak-anak lebih aktif bertanya maupun mencari di laman internet, daripada menanyakan kepada kyai. Padahal informasi tersebut belum tentu sepenuhnya benara, melainkan harus ditanyakan kembali kepada pemuka agama maupun alim ulama. “Sekarang anak-anak lebih mempercayai pengetahuan agama dari google, ketimbang dari kyai maupun guru ditempatnya belajar,” ungkapnya.
Jenderal bintang dua ini menegaskan, melalui FKPT yang ada di Jatim serta tokoh agama maupun tokoh masyarakat, diharapkan pencegahan paham radikal dan terorisme ini dapat diinformasikan. Sesuai dengan Peraturan Persiden No 46 tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, maka pendekatan yang digunakan yakni pendekatan lunak atau soft approach.
“Melalui pendekatan agama, sosial budaya, dan kultural, BNPT dan FKPT menggandeng kelompok masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap paham radikal dan terorisme di massyarakat. Tentunya pencegahan maupun deteksi dini itu dilakukan sesuai dengan bidang masing-masing,” pintanya.
Ditambahkan Rahman, perkembangan kelompok radikalisme dan terorisme saat ini sudah masuk ke dunia maya. Bahkan, dari data yang didapat BNPT, saat ini hampir ratusan website maupun situs radikalisme yang menggunakan nama-nama islami. Dengan begitu seseorang akan cenderung ingin tahu isi dalam website. Parahnya, paham radikalisme sudah masuk dalam game online bagi anak-anak maupun remaja.
“Untuk game online, kebanyakan menawarkan aksi kekerasan seperti mengajak untuk membunuh dan menggunakan senjata. Bahkan kelompok radikalisme memanfaatkan chating pada game online guna berkomunikasi. Disinilah peran penting para Da’I dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman agama yang benar terhadap masyarakat, terutama anak-anak,” tambahnya.
Bahkan, BNPT mengusulkan kepada Kominfo untuk menindak situs-situs maupun website yang berbau radikalisme. Sampai saat ini tercatat ratusan ribu situs radikalisme yang tersebar luas. Semenetara BNPT mempunyai puluhan website sebagai pencegahan dari paham radikalisme dan terorisme. Website tersebut diantaranya adalah www.damailahindonesiaku.id, www.dutadamai.id, dan www.kareba.dutadamai.id.  [bed]

Tags: