Awas Penyakit DBD Mulai Melonjak, Puskesmas Panji Galakkan Fogging

Petugas kesehatan Kabupaten Situbondo saat melakukan fogging dititik Kecamatan Panji, Sabtu (17/7). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Di tengah pandemi Covid-19, sebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Santri Situbondo harus diwaspadai. Ini karena bagi penderita akan mengalami demam dan juga bisa menyebabkan kematian.

Khusus di Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo angka penderita penyakit yang diakibatkan oleh gigitan jentik nyamuk aides aygepty itu cukup tinggi. Salah satu solusinya, Puskesmas Panji mulai melakukan upaya fogging (penyemprotan) dibeberapa titik pusat sebaran jentik nyamuk tersebut.

Koordinator DBD Puskesmas Panji, Rusmandani mengatakan, dalam upaya mengantisipasi serta menekan lonjakan tingginya kasus penyakit DBD di Kecamatan Panji, salah satunya dengan cara melakukan fogging. Satu diantaranya di kawasan pesantren Walisongo yang ada di Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo, digelar fogging pada Sabtu (17/7).

Rusmandani kembali menjelaskan, dalam kegiatan fogging, pihaknya bekerjasama dengan semua lintas sektor.

“Kami menjalin kerjasama dengan pihak Desa/Kelurahan dan kader jumantik untuk mengaktifasi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu kami juga menyediakan abate,” beber Rusmandani.

Masih kata Rusmandani, pada triwulan II tahun 2021, kasus penyakit DBD di Kecamatan Panji mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan sebaran tahun 2020 silam.

“Ya jumlah kasus penyakit DBD secara keseluruhan, mulai Januari hingga Juni 2021, tercatat sebanyak 46 kasus. Sedangkan khusus tahun 2020 lalu hanya tercatat 20 kasus,” imbuh Rusmandani.

Adapun penyebab naiknya angka kasus sebaran penyakit DBD, terang Rusmandani, disebabkan oleh cuaca hujan. Selain itu, ujar dia, juga dipengaruhi oleh prilaku masyarakat yang kurang optimal dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Penyebab lain, papar Rusmandani, kurangnya adanya gerakan penyuluhan oleh kader jumantik.

“Namun hal ini bisa diatasi, karena bisa kami lihat pada angka penyakit DBD dua bulan terakhir yakni bulan Mei dan bulan Juni mengalami penurunan. Terbukti, masing-masing perbulan hanya tercatat ada 2 kasus,” kupas Rusmandani.

Lebih jauh Rusmandani menerangkan, kasus sebaran penyakit DBD pada triwulan II tahun 2021, tertinggi berada di wilayah Kelurahan Mimbaan yakni sebanyak 20 kasus dan Desa Curah Jeru sebanyak 15 kasus. Dua titik ini, ungkap Rusmandani, karena keduanya berada pada daerah endemis penyakit DBD.

“Titik sebaran lainnya disusul oleh Desa Panji Lor dan Desa Tokelan sebanyak 4 kasus. Lalu Kelurahan Ardirejo ada 2 kasus dan desa terendah berada di Desa Kayu Putih yang hanya tercatat sebaran penyakit DBD sebanyak 1 kasus,” pungkas Rusmandani. [awi]

Tags: