Awasi Gejala Disabilitas Sejak Anak Belajar

Sekretaris Dindik Surabaya Aston Tambunan saat memberikan bimtek bagi pendidik TK, KB dan PAUD se Surabaya di Hotel Santika, Senin (21/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Sekretaris Dindik Surabaya Aston Tambunan saat memberikan bimtek bagi pendidik TK, KB dan PAUD se Surabaya di Hotel Santika, Senin (21/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Disabilitas anak tidak selalu kasat mata. Kekurangan itu bisa saja muncul tanpa disadari orang tua dan guru di sekolah. Semakin ironis, ketika gejala disabilitas itu mulai terlihat. Orang tua enggan percaya dan ogah melakukan tindakan segera.
Kondisi semacam ini harusnya bisa menjadi perhatian setiap pengelola sekolah. Khususnya dalam membangun kemitraan dengan orang tua dan masyarakat. Karena faktanya, gejala disabilitas tanpa diketahui orang tua kerap muncul di sekolah.
“Hampir setiap tahun ada anak yang terindikasi berperilaku khusus. Tapi itu baru diketahui setelah anak cukup lama bersekolah,” ungkap guru TK Al Husnah Tanjung Sari Surabaya Siti Musdalifah. Persoalan itu diungkapkannya saat mengikuti bimtek penguatan pelaku pendidikan di satuan pendidikan yang digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya di Hotel Santika, Senin (21/12).
Persoalan itu tidak mengejutkan bagi psikolog dari Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi (PKLP) Universitas Surabaya (Ubaya) Ivonne Edrika. Pihaknya mengaku, kondisi itu perlu segera ditangani secara khusus. Termasuk oleh para ahli yang kompeten di bidangnya.
“Namun sebelum penanganan itu dilakukan. Komunikasi dengan keluarga yang paling penting,” kata dia.
Mantan Ketua Himpunan PAUD Surabaya itu mengatakan, dalam komunikasi itulah sebenarnya tahap yang paling sulit. Sebab, orang tua kerap tidak percaya dengan indikasi yang diterangkan oleh guru atau bunda PAUD.
“Itu sebabnya, pengelola lembaga jangan sibuk dengan urusan manajemen. Tapi juga penting untuk membangun kemitraan dengan orang tua secara intensif,” tutur dia.
Dari segi fisik, anak memang tampak biasa seperti pada umumnya. Namun dalam perkembangannya, karakter anak baru terlihat perlu penanganan khusus. “Butuh guru yang peka terhadap karakter anak,” lanjut dia. Sebenarnya, indikasi disabilitas ini dapat diawasi sejak anak mendaftar ke sekolah baru. Salah satunya melalui daya tanggap saat wawancara dan cara beradaptasi anak.
“Kita perlu wawancara dengan anak. Mengajak mereka berdialog sebelum masuk ke lingkungan sekolah yang baru,” tutur dia.
Sekretaris Dindik Surabaya Aston Tambunan menjelaskan, sebanyak 5.263 tenaga pendidik KB,TK, dan PAUD se Surabaya ikut dalam kegiatan ini. Pihaknya berharap, satuan pendidikan mampu menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat. Tujuannya, membangun ekosistem pendidikan yang baik dan berbudaya prestasi.
“Semua yang dilakukan pendidik harus demi perkembangan anak. Karena itu perlu ada hubungan baik antara pendidik dengan unsur-unsur seperti masyarakat dan orang tua,” pungkas Aston. [tam]

Tags: